Arak-arakan 500 Seniman Buka Ruwat Rawat Borobudur

Arak-arakan 500 Seniman Buka Ruwat Rawat Borobudur - GenPI.co
Arak-arakan Seniman

Kawasan sekitar Candi Borobudur pada pengunjung, pada Rabu (18/4) silam. Padahal hujan sedang turun desar. Namun curahan air dari langit itu seolah dianggap angin. Ada yang lebih menarik ketimbang berlari menghindari hujan.

Prosesi Ruwat Rawat Borobudur (RBB) rupanya sedang berlangsung. Jadi nggak heran kalau pengunjung acuh dengan hujan. Mereka sibuk memperhatikan ratusan seniman yang sedang berparade masuk pelataran Candi Budha itu.

RBB itu sendiri adalah salah satu hajat besar Candi Borobudur. Arak-arakan yang tengah berlangsung itu adalah pembukaan dari gelaran yang akan berlangsung beberapa hari ke depan itu. Puncak acaranya pada tanggal 5-6 Mei mendatang, berupa Persembahan Gunung-Kota untuk Warisan Budaya dan kegiatan kirab budaya.

Tahun ini pembukaan RBB berbarengan dengan Peringatan Hari Warisan Budaya Dunia. Itu membuat gelaran di Borobudur itu semakin meriah. Lihat saja, ratusan seniman penari datang memenuhi pelataran candi. Bersama mereka ada gunungan sayur dengan beberapa pembawa bendera merah putih yang mendahuluinya. Para seniman ini datang dari berbagai daerah. Ada yang dari Magelang, Purwerejo, hingga Temanggung. Bahkan seniman dari luar Jawa Tengah juga turut hadir. Mereka datang dari bandung dan jawa Timur.

Hadir dengan kekhasan masing-masing, para seniman yang jumlahnya  mencapai 500 orang ini menjadi sasaran bidikan kamera pengunjung. Pakaian, tari-tarian dan alat musik mereka boleh beda seturut tempat asal. Namun entah bagaimana, dibawah pelataran Candi Borobudur, gerak laku dan bebunyian yang ada berpadu begitu harmonis. Terdengar indah  dengan kemegahan Borobudur sebagai latarnya.

Ratusan pelaku seni itu kemudian berjalan mengitari candi. Itu adalah sebuah kelaziman saat mengunjungi situs yang dianggap luhur. Setelah itu  mereka menyerahkan sapu lidi kepada pihak Balai Konservasi Borobudur. Sapu lidi merupakan simbol perawatan atas Candi Borobudur.

Bersama sapu lidi, mereka juga menyerahkan buku. Judulnya menarik, "Harmonisasi Kehidupan Dalam Ruwat Rawat Borobudur." Buku ini ditulis tokoh Budaya Ruwat Rawat Borobudur Sucoro Setrodiharjo.

Sucoro mengatakan rangkaian RRB ke-15 ini digelar selama 2 bulan. Dan merupakan salah satu upaya pelestarian Candi Borobudur dari segi budaya. Mengingat selama ini Candi Borobudur hanya dikenal dari segi wisata, padahal seni budaya masyarakat turut lahir bersamanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya