Merdunya Gurindam XII di Festival Penyengat 2019

Merdunya Gurindam XII di Festival Penyengat 2019 - GenPI.co
Festival Penyengat 2019. (Foto: Aan/GenPI.co)

Salah satu agenda yang dihadirkan dalam Festival Penyengat 2019 adalah Lomba Gurindam XII, Kamis (14/2). Lomba ini membuat Gurindam XII terdengar merdu. Lomba Gurindam XII digelar di Balai Adat, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pesertanya adalah pelajar usia 15-17 tahun.

Sebelum Lomba, dilakukan technical meeting lebih dahulu. Lalu, digelar drawing untuk mendapatkan pasal Gurindam XII yang harus didendangkan. Gurindam ini memiliki 12 pasal dengan isi dan makna berbeda, tapi saling berkait. Penilaian Lomba Gurindam XII didasarkan atas teknik membacanya, yaitu dengan didendangkan.

“Gurindam XII sebenarnya refleksi dari Al Qur’an dan Hadist. Jadi, Gurindam merupakan puisi lama karya luar biasa. Yang dinilai adalah teknik membacanya. Gurindam XII bisa dibuat dendang, tapi juga bisa dibawakan dengan langgam Jawa. Sekarang dengan irama syair,” ungkap Plt Kepala Dispar Tanjungpinang Syafaruddin, Kamis (14/2).

Merdunya Gurindam XII di Festival Penyengat 2019Gurindam XII diciptakan Raja Ali Haji pada 1264 Hijriah atau 1847 Masehi. Karya populer ini terdiri dari 12 pasal dengan 60 bait. Setiap pasal dalam Gurindam XII memiliki 5 ciri utama. Ada ciri rangkap, perkataan, suku kata, rima, dan setiap bait memiliki makna. Secara khusus, rangkap bermakna setiap baris berisi syarat atau makna yang saling melengkapi adan berkesinambungan.

Untuk perkataan, setiap baris Gurindam XII antar pasal tidak tetap. Hanya saja, baris kedua menjawab persoalan di baris pertama. Suku kata bisa dikatakan tidak mengikat jumlahnya. Gurindam XII punya rima yang khas. Rimanya tidak terikat, baik sajak atau akhir liriknya. Menjadi penyampai petuah, setiap baitnya memiliki makna tersendiri.

“Semua petuah dari Gurindam XII ini benar adanya. Isinya pun sangat menginspirasi dengan kedalaman makna. Gurindam XII benar-benar menyentuh kehidupan riil di dalam masyarakat. Dan, Gurindam XII menjadi warisan luar biasa dari para leluhur Melayu” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Sebagai gambaran, berikut disampaikan cuplikan Gurindam XII. Acuannya adalah pasal 1 yang terdiri dari 6 bait. Bunyinya, ‘Barang siapa tiada memegang agama, Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama’. Secara tersirat, pembuka pasal 1 mengajarkan konsep Ketuhanan hingga memunculkan rasa damai. Bait berikutnya, ‘Barang siapa mengenal yang 4, Maka ia itulah orang yang ma’rifat’.

Bait kedua pasal 1 mengenalkan manusia pada 4 ajaran Islam. Ada ajaran syari’at, ma’rifat, tarikat dan hakikat. Kehidupan seseorang akan tenang bila sudah mengerti 4 hal tersebut. Lalu, bait penutup dari pasal ini adalah ‘Barang siapa mengenal akhirat, Tahulan ia dunia mudarat’. Bait ini mengingatkan, bila kehidupan dunia sesaat dan kekekalan ada di akhirat. Untuk itu, perbanyaklah amalan selama di dunia.

“Ada banyak pengetahuan dari Gurindam XII. Semua berisi petuah hidup yang mengingatkan. Sekup dari Gurindam XII ini juga sangat luas. Kami berharap, para wisatawan yang datang bisa mengambil makna dari isi Gurindam XII tersebut,” jelas Rizki.

Bukan hanya vertikal, Gurindam XII mengatur tata hukum kehidupan bermasyarakat. Salah satu acuan ada dalam pasal 12 Gurindam XII. Terdiri dari 7 bait, pasal penutup itu mengupas konsep kenegaraan. Pada bait pertama berbunyi, ‘Raja mufakat dengan menteri, Seperti kebun berpagarkan duri’. Artinya, seorang raja dan menteri saling bekerjasama.

Bait berikutnya dari pasal ini adalah, ‘Betul hati kepada raja, Tanda jadi sebarang kerja’. Maknanya, raja yang adil kepada rakyatnya berarti telah mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Pasal tersebut lalu ditutup dengan bait ‘Akhirat itu terlalu nyata, Kepada hati yang tidak buta’. Makna tersiratnya, orang yang hati dan pikirannya terbuka selalu menyakini kebenaran kehidupan akhirat.

“Gurindam XII membekali banyak ilmu. Pesan-pesannya sangat menyentuh. Ada banyak benang merah yang bisa dipelajari. Ini otomatis jadi experience yang luar biasa bagi wisatawan,” kata Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati didampingi Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.

Pujian diberikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar menerangkan, wisatawan kini mengenal lebih detail budaya Melayu dari Gurindam XII.

“Festival Penyengat selalu memberikan input positif. Para wisatawan ini semakin mengenal detail dari budaya Melayu. Itulah mengapa kami merekomendasikan Festival Penyengat sebagai destinasi terbaik,” tegas Menteri asal Banyuwangi tersebut. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya