
Tak sembarangan, konon bahasa walikan ini dulunya merupakan salah satu cara berkomunikasi yang digunakan oleh pejuang-pejuang asal kota Malang, agar dapat membedakan mana musuh mana lawan.
Semua ini mengacu berdasar buku Malang Tempoe Doeloe dari Dukut Imam Widodo.
Buku tersebut menjelaskan bahwa bahasa ini diciptakan oleh kelompok Gerilya Rakyat Kota yang berjuang di wilayah sekitar Malang, dan berkembang sekitar tahun 1949 pada masa perang kemerdekaan.
Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang, sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi.
Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa daerah, maupun mengikuti istilah yang umum dan baku.
Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik pengucapan maupun penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.
Pada akhirnya bahasa ini memang terbukti ampuh untuk mengirim pesan sekaligus mengetahui mata-mata yang menyusup.
Eyip, kapan umak ladub piknik nang Malang ker !! Ayo, ada yang bisa menerjemahkannya gak ya?
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News