Uniknya Tradisi Sadranan Rejeban Plabengan di Lereng Gunung Sumbing

Uniknya Tradisi Sadranan Rejeban Plabengan di Lereng Gunung Sumbing - GenPI.co
Ratusan warga berbaris mengular menuju Bukit Plabengan untuk melakukan sadranan di Makam Ki Ageng Makukuhan. (Foto: Gus Wahid)

Ditambahkan, Desa Pagergunung merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Temanggung. Adapun Dusun Cepit merupakan salah satu jalur pendakian ke puncak Gunung Sumbing.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Woro Andijani menambahkan ritual di Dusun Cepit ini cukup menarik bagi wisatawan. Atraksi membawa makanan warga menggunakan tenong, dinilainya sangat khas dan unik.

"Jadi sangat unik dan khas, saat mereka berangkat atau pulang dari Bukit Plabengan, barisan warga yang memikul tenong tersebut menjadi bidikan para fotografer, apalagi panorama di sekitar berupa ladang sayuran dengan latar belakang gunung sehingga menarik sekali," katanya.

Ia menuturkan pengunjungnya dari tahun ke tahun terus bertambah, bukan hanya dari warga Temanggung saja, tetapi dari daerah lain, bahkan ada turis dari Prancis. Ia menyebut tradisi Rejeban Plabengan tahun ini agak berbeda dengan tahun lalu, yakni untuk tumpengan besar tahun lalu hanya satu buah, saat ini ada tujuh buah tumpengan besar dari tujuh Rukun Tetangga (RT) di Desa Pagergunung.

Tradisi ini diawali dengan kegiatan pengambilan air di wilayah Gunung Sumbing oleh tujuh orang utusan Dusun Cepit. Kemudian malamnya digelar tahlilan obor, shalawatan dan setelah Rejeban Plabengan selesai dilanjutkan pentas kesenian tradisional.


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya