Ke Bukittinggi? Wajib Lihat Jam Gadang, loh!

Ke Bukittinggi? Wajib Lihat Jam Gadang, loh! - GenPI.co
Jam Gadang (Foto: Ardian Mardiansyah)

Nggak sempurna rasanya kalau ke Bukittinggi tanpa mengunjungi Jam Gadang. Ya, itu adalah ikon paling ngehits di kota Bukittinggi. Jam Gadang ini kesohor banget, guys. Gambarnya juga sudah dicetak di banyak barang. Dari kartu pos hingga kaos oblong. Di era digital, Jam Gadang tetap eksis. Coba saja ketik hastag Jam Gadang di Instagram kamu. Ratusan foto akan menyerbu beranda  medsos kamu itu. Mulai dari Jam Gadang sebagai latar selfie, hingga foto dengan menara berpenanda waktu ini sebagai obyek tunggal.

Jam Gadang menyimpan sejarah yang unik untuk disimak. Obyek ini dibangun pada tahun 1926 dan merupakan hasil rancangan seorang arsitek bernama Yazid Abidin Rajo Mangkuto. Sementara penanda waktunya merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada kepala kota yang kala itu masih dipimpin oleh seorang controuler. Jam tersebut dikirim langsung dari Rotterdam dan dibawa ke Bukittinggi melalui Pelabuhan Teluk Bayur.

Memakan biaya 3000 gulden, menara berpenanda waktu itu nggak langsung berdisain atap khas rumah adat Minangkabau. Kala itu, bentuknya masih Belanda banget, dengan desain atap membulat lengkap dengan patung ayam di puncaknya.

Ketika Jepang menguasai Indonesia, tampilan Jam Gadang ikut berubah. Oleh pemerintah Dai Nippon, atap Jam Gadang diganti dengan desain meyerupai atap Pagoda. Baru setelah Indonesia merdeka, Jam Gadang tampil sebagaimana seharusnya; atap Gojong khas Minangkabau yang merupakan simbol budaya setempat.

Jika kamu memperhatikan dengan seksama, maka kamu akan menemukan keunikan pada Jam Gadang ini. Coba, deh lihat angka yang menunjukkan jam empat pada jam itu. Jika mengikuti kaidah penulisan angka romawi, seharusnya ditulis ‘IV’. Namun pada Jam Gadang ditulis ‘IIII’. Kalau kamu bingung, kamu nggak sendiri, guys. Sampai sekarang belum ada yang berhasil memecahkan misteri penulisan angka yang keluar dari patron romawi tersebut.

Ada keunikan lain, guys. Rupanya Jam Gadang ini punya kembaran, loh. Coba tebak di mana. Big Ben, guys! Nggak nyangka kan? Jam Gadang menggunakan mesin buatan 1892. Mesin yang bergerak secara mekanik itu dibuat oleh  Benhard Vortmann di Recklinghausen,  Jerman. Mesin ini hanya dua unit di seluruh dunia, loh. Satu mesin di menara Big Ben di Inggris, sementara yang lain tepasang di Jam Gadang. Keren, kan?

Mau melihat langsung  Jam Gadang? Tenang, akses menuju kesana sangat mudah. Jika kamu sudah tiba di Bukittinggi,  pergi saja ke pusat kotanya. Jam Gadang adalah titik nol  sekaligus landmark dari Kota Bukittinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya