Menelusuri Ekowisata Wisata Desa Batu Sanggan

Menelusuri Ekowisata Wisata Desa Batu Sanggan - GenPI.co
Keunikan Batu Belah di muara Sungai Kiliran tepi sungai subayang.

Potensi ekowisata Batu belah di desa Batu Sanggan, kecamatan Kampar Kiri Hulu, kabupaten Kampar, Riau saat ini mulai bergeliat. Tim Generasi Pesona Indonesia (GenPI) regional Riau, bersama Dinas Pariwisata provinsi Riau, akhirnya mendapat kesempatan untuk mengunjungi objek wisata yang ramah lingkungan itu.

Ekowisata Batu belah berada di dalam kawasan suaka margasatwa (SM) Bukit Rimbang Baling. Memiliki luas 136.000 hektar, di tempat ini terdapat berbagai keanekaragaman ekosistem yang sampai saat ini masih terjaga.

Untuk mencapai tempat ini, kami terlebih dahulu menuju ke Desa Gema di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Waktu yang dibutukan kira-kira 2,5 jam dengan Pekanbaru sebabai starting point. Tiba di desa itu,  perjalanan selanjutnya ditempuh menggunakan Piu.  Itu adalah sebutan warga setempat untuk perahu atau sampan motor.

Sampan kecil dengan panjang sekitar 6 meter dan lebar 60 centimeter itu, membawa tim GenPI menelusuri derasnya arus sungai Subayang yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat setempat. Suguhan pemandangan yang eksotis.  Di bibir sungai, kawasan hutan yang rapat tampak asri menghijau.  Jernihnya air sungai menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan air tawar. Di beberapa titi, tampak penduduk setempat memenangkap ikan dengan jala. Pemandangan itu sungguh menentramkan,  berbeda jauh dengan kota Pekanbaru penuh kendaraan bermotor dan tembok-tembok beton sejauh mata memandang.

Setelah mengarungi Sungai Subayang, sampailah kami di desa Batu Sanggan. Di sinilah  lokasi ekowisata Batu Belah atau  Batu Bolah jika mengikuti pelafalan masyarakat setempat. Di tempat ini berbagai fasilitas dan atraksi telah disiapkan oleh kelompok kerja (Pokja) Batu Bolah.  Di antaranya homestay untuk pengunjung, permainan arung jeram, river tubing, memancing ikan di sungai Subayang dan air terjun. Selain itu ada juga objek wisata rumah pohon di atas bukit yang menyajikan pemandangan Indah kawasan Bukit Rimbang Baling. Tentu saja obyek wisata legenda Batu Belah menjadi magnet utama tempat ini.

Menurut cerita sejarah masyarakat setempat, kisah batu Belah berawal dari kedatangan tamu yang tak diundang. Orang asing itu bertubuh tinggi besar, sehingga Gak Jao, yang artinya orang bagak (berani) dari Jawa. Dalam ceritanya, Gak Jao adalah Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Kedatanganya pada jaman itu membuat resah sehingga warga kampung bersembunyi meninggalkan desanya.

Selanjutnya,  Gak Jao merasa kesal karena kesulitan mencari penduduk. Kekesalannya itu ia lampiaskan  dengan membelah sebuah batu besar sebanyak tiga kali dengan menggunakan pedang yang telah diasah di muara sungai kecil sungai Kiliran. Hingga kini batu yang diyakini korban hantaman pedang itu masih ada masih dapat disaksikan keberadaanya di desa Batu Sanggan.

Guna meningkatkan sektor ekonomi kreatif desa setempat, para anggota Pokja Batu belah membuat kerajinan tangan atau berupa cinderamata seperti gelang, topi, tas jinjing yang terbuat dari anyaman. Ada pula madu asli yang berasal dari lebah hutan. Wisatawan juga dapat membeli oleh-oleh berupa sablon kaos dengan media Cukil yang menggambarkan tradisi serta kearifan lokal setempat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya