Kisah Mualaf: Lingkungan Majemuk, Aku Berlabuh di Pelukan Islam

Kisah Mualaf: Lingkungan Majemuk, Aku Berlabuh di Pelukan Islam - GenPI.co
Acin (foto: Dok. Acin)

Guru SMA-ku saat itu hanya tersenyum terus menjawab dengan nada yang menyejukkan dan lugas.

“Sebetulnya, orang yang beragama tak akan mengatakan hal seperti itu, apalagi melarang orang mengucapkan Selamat Natal,” ujarnya saat itu.

Dia mengatakan memang masih ada beberapa hal yang diperdebatkan, sehingga beberapa orang menganjurkan untuk tak usah dulu mengucapkan Selamat Natal.

“Namun, cara mereka salah dalam mengingatkan sesama. Saya pribadi pun masih mengucapkan,” kata guru SMA-ku saat itu.

Hatiku pun tak langsung luluh saat itu. aku bahkan menganggap omongan guruku hanya sebatas kata-kata manis.

Guru itu mengajar hanya selama tiga bulan di sekolahku. Di akhir masa ajarnya, dia memberikanku sebuah buku berjudul “Al-Qur’an Toleransi”. Buku itu menurutku bagus sekali.

Buku itu mengambil beberapa pertanyaan yang sangat amat menyinggung lingkup toleransi Islam sampai sejauh mana untuk hidup berdampingan dengan masyarakat majemuk.

Setelah membaca buku itu, aku merasa apa yang aku pertanyakan ada di dalam buku itu. Aku pun sengaja mengambil kuliah di kota yang jauh dari rumah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya