Aku Tak Berani Menyentuhnya, Masih Terlalu Dini

Aku Tak Berani Menyentuhnya, Masih Terlalu Dini - GenPI.co
Ilustrasi: The Independent

Waktu itu aku sengaja datang kamar hotel tempat ia menginap untuk menanyakan materi bahan laporan yang akan disampaikanke kantor melalui e-mail.

Tanpa sadar kami justru terlibat dalam pembicaraan pribadi yang darinya aku mendapat pemahaman mendalam tentang makna cinta sejati (true love).

Bagi Jihan, itulah yang mendasari hubungan kami selama ini. Kepada Jihan, kukatakan bahwa aku menyukainya.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

“Cintaku murni, Jihan. Rasa cinta yang tidak pernah kualami sebelumnya. Hanya olehmu aku mengenal apa itu cinta,” kataku seraya menggenggam tangannya.

“Cinta itu memang indah, Johan. Jangan kotori ia dengan nafsu. Cinta tidak sombong, atau mementingkan diri sendiri,” jawab Jihan.

BACA JUGA:  Janda Muda Itu Berhasil Buat Mataku Merem Melek, Duh, Nikmatnya

“Jadi tanpa kata pun kita sudah dapat memahaminya, karena cinta berbicara dengan seribu satu bahasa, saat mulut membisu,” kataku.

“Tapi cinta tanpa uang akan membawa kita sengsara. Ia tak akan mati, walau badan berkalang tanah. Love is crazy, but rational, cinta itu tidak materialistik,” kata Jihan seraya tersenyum.

Ketika kusinggung, kemungkinan hubungan kami, cepat atau lambat pasti bakal berakhir pahit karena adanya perbedaan yang tak dapat dipertemukan, Jihan justru berpendapat sebaliknya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya