Baru 4 Bulan Jadian, Kanker Merenggut Nyawanya

Baru 4 Bulan Jadian, Kanker Merenggut Nyawanya - GenPI.co
Ilustrasi: Freepik

Sendu senja mulai menjelang, aku rasa sudah saatnya aku pamit untuk pulang ke rumah. Haikal hanya mengangguk tanda mengizinkan. Padahal aku sangat ingin dia menahanku, setidaknya meninggalkan kesan bahwa dia tak ingin aku lekas pergi. 

“Biar aku antar,” kata Haikal.

Ah, rasanya saat itu aku ingin teriak bahagia. Cuma satu kalimat tapi hatiku dia buat kiamat. Di motor, Haikal terlihat berbeda dia jadi banyak bicara dan saat itu aku tahu bahwa aku jatuh cinta. Motor Haikal tiba di rumahku saat waktu menunjukan pukul lima sore.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

Setiap malam minggu kami selalu menyempatkan diri untuk saling bertemu. Uniknya setiap kali kami keluar, tujuan kami hanya cafe itu, cafe yang sama tempat kami pertama kali pertemu. 

Tak ada bosannya, mungkin karena cinta. Sampai aku mulai menyadari bahwa dua bulan setelah pertemuan, rambut Haikal kian menipis. Tiap kali kutanya jawabannya tak pernah serius.

BACA JUGA:  Aku Kaget, Mantan Pacarku Kini Jadi Janda Muda, Oh…

“Salah pake sampo,” jawab Haikal.

Aku tahu ia berbohong, aku tahu ada yang ia coba sembunyikan. Anehnya apapun itu aku tidak pedulikan. Selama aku bisa terus bersamanya aku sudah bahagia. Sederhana, sekadar bisa menatap hujan bersamanya, aku sudah bahagia.

Hari itu hari Sabtu sore, empat bulan sejak pertemuan pertamaku dengan Haikal, 3 bulan sejak ia pertama kali menyatakan bahwa ia mencintaiku. Haikal bilang hari itu ia akan menjemputku untuk ke cafe. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya