Ke Jogja, Sempatkan Mampir Melihat Koleksi Pesawat di Muspusdirla

Ke Jogja, Sempatkan Mampir Melihat Koleksi Pesawat di Muspusdirla - GenPI.co
Menkominfo Rudi Antara saat berpidato di depan Hercules C-130 ‘Legenda Sang Penjelajah’ di Kompleks Muspusdirla Jogjakarta. (Foto: gus Wahid United)

GenPI.co -  Saat berwisata ke Jogjakarta, pernahkah terbersit  untuk mengunjungi Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspurdila)? Atau setidaknya mampir dan melihat koleksi aneka pesawat bersejarah bagi bangsa ini.

Lebih dari itu, Muspurdila adalah Museum Pusat TNI AU. Di dalamnya tersimpan 60 koleksi pesawat bersejarah Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya tersimpan di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II.

Mulai dari pesawat Ki-43, A6M5 Zero Sen buatan Jepang, PBY-5A (Catalina), pesawat pembom B-25 dan replika pesawat WEL- I RI-X buatan Indonesia, semua ada. Pesawat tempur canggih yang pernah dimiliki Indonesia seperti MiG-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Rusia juga ada.

Dengan luas sekitar 4,2 Ha, Muspusdirla, menyajikan berbagai koleksi dirgantara yang membuat decak kagum. Tak hanya pesawat, heli hingga rudal serta yang paling baru adalah Museum Engine yang hadir pada 24 April tahun lalu.

Di bagian ini, pengunjung bisa menemukan berbagai tipe model mesin pesawat buatan berbagai Negara seperti Uni Soviet, Amerika dan juga Kanada. Dulunya, mesin-mesin ini adalah ‘jeroan’ dari seluruh koleksi pesawat yang ada di Muspusdirla.

“Seluruh koleksi pesawat museum ini merupakan dokumen penting sebagai fakta sejarah para senior Angkatan Udara dalam menegakkan kedaulatan RI,” terang Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Kolonel Dede Nasrudin.

Dikisahkan, pada awalnya Museum TNI AU berada di Jakarta sejak tahun 1969. Berdasar pertimbangan bahwa Jogja merupakan tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU periode 1945-1949 serta tempat penggodokan Karbol AAU, maka pada November 1977 Museum AURI dipindahkan dan diintegrasikan dengan museum di Kstarian AAU di Pangkalan Adisutjipto Jogja.

Mengingat semakin bertambahkan koleksi, maka pada tahun 1984, museum dipindahkan ke Wonocatur dan menempati sebuah gedung bersejarah sebagai gedung pameran utamanya. Gedung tersebut semasa penjajahan Belanda adalah sebuah pabrik gula dan pada waktu pendudukan Jepang digunakan sebagai Depo Logistik dengan luas 8.760 m2.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya