Melihat Lebih Dekat Yaki dan Tarsius di Cagar Alam Tangkoko

Melihat Lebih Dekat Yaki dan Tarsius di Cagar Alam Tangkoko - GenPI.co
Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau Yaki di Cagar Alam Tantongko. (Foto: Nona Kakigatal)

GenPI.co - Melihat lebih dekat Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau Yaki dan Tarsius, monyet terkecil di dunia di Cagar Alam Tangkoko, Kota Bitung. Cagar alam seluas 8.746 hektar ini menjadi rumah bagi dua hewan endemik yang telah menjadi ikon Kota Bitung dan Sulawesi Utara ini.

Taman Wisata Alam Bapuputih menjadi pintu masuk kawasan ini. Berlokasi di Kelurahan Batu Putih Bawah, Kecamatan Ranowulu. Kawasan ini merupakan destinasi wisata favorit di Kota Bitung.

Di Cagar Alam Tangkoko ini terdapat pula Taman Wisata Alam Batuangus. Jika Batuputih menawarkan hutan konservasi yang kaya flora dan fauna, Batuangus menawarkan lansekap bawah laut, pantai dan bebukitan.

Yaki dan Tarsius adalah hewan endemik yang statusnya di ambang kepunahan. Sehingga pemerintah beserta lembaga swadaya masyarakat (LSM) menggencarkan program konservasi untuk kedua hewan ini.

Selain kedua hewan ikon cagar alam ini, Ada 71 jenis flora endemik di Cagar Alam Tangkoko. Di antaranya, Pohon Bitung, Nantu, Dao, Beringin, Cemara Laut, Aren, Bunga Bangkai, dan Kenanga. Pohon-pohon ini ada yang sudah berusia ratusan tahun.

Sedangkan satwa endemik, di antaranya Yaki bokong merah dan berjambul, Maleo, Kuskus, Anoa, dan Tarsius. Ada banyak burung-burung di sana, seperti burung Rangkong, Cengkareng, Elang Sulawesi, Elang Laut, Elang Bondol dan Burung Hantu endemik.

Melihat Lebih Dekat Yaki dan Tarsius di Cagar Alam TangkokoPatung Alfred Russel Wallace di Cagar Alam Tatongko.Pada perayaan 100 tahun Tangkoko, Pemerintah Kota Bitung baru saja meresmikan patung Alfred Russel Wallace. Alfred Russel Wallace dikenal sebagai seorang naturalis, penjelajah dan ahli biologi dari Britania Raya.

Perjuangan Wallace sangat berdampak bagi keberlangsungan Hutan Tangkoko hingga saat ini. Bahkan Hutan Tangkoko tidak hanya disebut sebagai hutan tua, tapi seperti hutan purba.

Jika ingin berkunjung, sebaiknya menggunakan jasa guide. Untuk wisatawan lokal membayar jasa guide Rp 70 ribu per orang, sementara untuk wisatawan mancanegara Rp 170 ribu per orang. Jika ingin menginap ada homestay di sekitar kawasan dengan harga per malam Rp 300 - 500 ribu. Dari Pusat Kota Bitung, berkendara sekitar satu jam hingga ke kawasan ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya