Negara Berkembang Menderita Inflasi Tinggi Imbas Konflik Rusia-Ukraina

Negara Berkembang Menderita Inflasi Tinggi Imbas Konflik Rusia-Ukraina - GenPI.co
Konflik antara Rusia dan Ukraina dapat meningkatkan inflasi di negara berkembang. Foto: Coingape

GenPI.co - Perang antara Ukraina dan Rusia, masih perlu diantisipasi pelaku pasar saham karena berisiko menyebabkan volatilitas pasar di semester II 2022.

Konflik antara Rusia dan Ukraina sebagai penghasil gandum terbesar di dunia dapat meningkatkan harga pangan dan energi.

Imbasnya, inflasi berpotensi meningkat terutama di negara-negara berkembang.

BACA JUGA:  Inflasi di Jateng, Upaya Ganjar Pranowo Bisa Bikin Warga Lega

“Ini juga akan berdampak ke daya beli konsumen terutama masyarakat menengah ke bawah, yang pendapatannya paling banyak untuk makanan dan energi," ucap Senior Portfolio Manager MAMI Samuel Kesuma di Jakarta, Selasa (9/8/2022).

Samuel menyebut inflasi masih perlu terus diantisipasi di tengah konflik geopolitik yang berlanjut karena dapat menimbulkan ketidakpastian yang tidak disukai pelaku pasar saham.

BACA JUGA:  Airlangga: Realisasi Inflasi Indonesia Masih Terkendali

Di Indonesia, tingkat inflasi bisa lebih tinggi jika pemerintah memotong subsidi energi yang dapat memengaruhi konsumsi masyarakat dan laba emiten, tapi secara global harga pangan dan energi mulai mengalami penurunan.

“Kalau harga komoditas ke depan lebih stabil, risiko dari konflik geopolitik, pengetatan kebijakan bank sentral AS, dan terutama inflasi ini saya rasa tidak lagi menjadi pertimbangan di pasar,” katanya.

BACA JUGA:  Ada Inflasi, Harga Mobil Daihatsu Tidak Serta-merta Naik

Di samping itu, pengetatan kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Fed melalui peningkatan suku bunga acuan yang terlalu agresif juga perlu diantisipasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya