GenPI.co 
GenPI.co - Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Ahmad Heri Firdaus menjelaskan faktor yang membuat Indonesia belum bisa menentukan harga CPO (minyak kelapa sawit) dunia. Padahal, Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia.
Hal tersebut disampaikan Heri dalam gelar wicara Gensaw Corner Eps. 4 yang diselenggarakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bertajuk “Apa yang Mempengaruhi Harga CPO?”.
Heri menjelaskan turunan minyak sawit merupakan produk turunan minyak nabati yang paling banyak diminati masyakarat dunia, bahkan jumlahnya mencapai 33 persen terhadap produk minyak nabati dunia.
BACA JUGA: Pabrik Kelapa Sawit Bawa Angin Segar Iklim Investasi
“Bagi negara-negara kompetitor penghasil minyak nabati di dunia, mereka juga ingin mengunggulkan produk minyak nabati yang terbuat dari sawit sehingga muncullah adanya perang harga, negative campaign,” kata Heri dalam siaran pers, Sabtu (3/9).
Menurut Heri, ada beberapa faktor yang membuat Indonesia masih belum bisa menentukan harga CPO dunia.
BACA JUGA: Garap Kebun Sawit Ilegal, Warga Babel ditahan Gakkum KLHK
Faktor yang dimaksud diantaranya adanya ketidakpastian pasar bursa, supply dan demand, kebijakan pemerintah, serta lebih banyaknya permintaan CPO dari luar negeri dibandingkan konsumsi domestik sehingga mempengaruhi harga CPO Indonesia.
Heri menilai Indonesia harus bisa menciptakan demand atau permintaan untuk bisa mengendalikan harga sawit.
BACA JUGA: KLHK Tahan Tersangka Terkait Kasus Kebun Sawit Ilegal di Bangka
“Salah satunya dengan memperluas potensi hilirisasi minyak sawit. Meskipun dari 2011 hingga saat ini hilirisasi sawit sudah cukup banyak, tapi masih bisa diperbanyak lagi,” jelasnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
