Kompang dan Pantun Meriahkan Festival Penyengat 2019

Kompang dan Pantun Meriahkan Festival Penyengat 2019 - GenPI.co

TANJUNGPINANG – Festival Penyengat 2019 semakin meriah dengan Kompang dan Pantun. Budaya khas Melayu ini ditampilkan dalam konsep perlombaan, Jumat (15/2). Pesertanya banyak dari kalangan pelajar. Mereka terlihat mahir membawakan materi perlombaan.

Kemeriahan Festival Penyengat 2019 terus berlanjut. Beragam budaya khas Melayu terus digelar. Hari ke-2 festival ini menampilkan Lomba Kompang Kreasi dan Berbalas Pantun. Dimulai pukul 13.00 WIB, lokasi Lomba Kompang Kreasi berada di Balai Kelurahan, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Sementara, Lomba Berbalas Pantun digelar di Balai Adat dalam waktu bersamaan.

Menjadi daya tarik wisatawan, Lomba Kompang Kreasi diikuti 6 kelompok peserta. Timnya diantaranya datang dari SMP N 7, SMP N 16, juga SMP N 2. Kesemuanya berasal dari Tanjungpinang. Untuk menjadi juara, peserta harus memenuhi 3 aspek penilaian. Ada aspek vokal, instrumen, dan penampilan secara menyeluruh. Vokal parameternya kualitas penyanyi solo-latar, suara-penghayatan, dan artikulasi.

Untuk intrument, penilaian juga didasarkan atas 3 hal. Mereka yang terbaik harus memiliki harmonisasi dan variasi instrumen. Ada juga parameter keselarasan nada hingga tempo. Penampilan mengambil opsi penilaian busana, koreografi, kerapihan hingga adab. Juri Lomba Kompang Kreasi Zalifah Darwis pun mengatakan, Kompang sangat identik dengan budaya Melayu.

“Kompang ini identik dengan masyarakat Melayu. Kami semua melestarikannya. Kompang ini bahkan menjadi ekstrakurikuler di sekolah. Kami senang karena respon peserta bagus di lomba ini. Mereka pun sangat kreatif dalam mengolah Kompang secara umum,” kata Zalifah, Jumat (15/2).

Kompang secara histori, Kompang sejatinya alat musik gendang. Musik ini masuk ke Melayu dikala era kesultanan Malaka oleh pedagang India Muslim. Ada juga literatur yang menerangkan masuk dari Jawa yang dibawa pedagang Arab pada abad ke-13. Mengacu genrenya, Kompag terbagi 3. Ada genre Hadrah, Marawis, dan Kasidah. Untuk Lomba Kompang Kreasi ini menggunakan genre Hadrah.

“Lagu yang dibawakan adalah shalawat. Hadrah ini memang khas Melayu makanya dibawakan di sini. Adapun untuk koreografi, ini hanya bagian dari pengembangannya. Kami berikan kebebasan peserta untuk berkreasi,” ujar Zalifah lagi.

Kreasi juga diberikan dalam Lomba Berbalas Pantun. Lomba ini diikuti oleh 20 tim dari berbagai sekolah di Tanjungpinang. Setiap tim terdiri dari 3 orang. Menariknya, Lomba Berbalas Pantun dikemas dalam format sistem gugur. Aturan mainnya, setiap tim melemparkan 3 pertanyaan dalam bentuk pantun. Lalu, jawaban diberikan dalam bentuk pantun pula. Tema basahannya umum dan durasi menjawab 30 detik.

“Nuansa Melayu memang sangat kental di Festival Penyengat 2019 ini. Kompang dan Pantun ini tentu sangat menarik. Kompang hampir di setiap daerah ada, tapi dalam bentuk berbeda. Untuk Pantun, ini jadi bahasan di sekolah. Semua orang sangat mengenal gaya kesusastraan ini,” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Menjadi karya sastra, Pantun termasuk puisi lama. Pantun menjadi representasi ekspresi diri masyarakat Melayu dalam keseharian. Ada banyak tema yang diangkat, seperti budi pekerti, bahasa, kasih sayang, adat istiadat, agama, hingga beragam aktivitas sosial kemasyarakatan. Terkait Lomba Berbalas Pantun, ada 3 penilaian seperti kaidah pantun, bait, dan suku kata.

Secara teori, kaidah Pantun terdiri dari sampiran dan isi. Sampiran berperan sebagai pembayang, lalu isi menjadi gagasannya. Setiap Pantun terdiri dari 4 baris dengan rima, bisa a-b-a-b atau a-a-a-a. Namun, ada juga Pantun yang terdiri 8 baris atau Talibun. Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati menjelaskan, lomba dengan dasar budaya Melayu sangat positif.

“Inilah mengapa Festival Penyengat 2019 harus dikunjungi. Semua warna Melayu disajikan lengkap dan denga kemasan terbaik. Semua ini bagus bagi pelestarian dan pengembangan budaya Melayu di wilayah Tanjungpinang khususnya,” jelas Dessy didampingi Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.

Mendengar budaya Melayu lestari di Festival Penyengat 2019, apresiasi diberikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar menegaskan, generasi muda harus peduli terhadap budaya dan tradisi. “Kami gembira karena generasi muda memiliki kepedulian lebih terhadap budayanya. Mereka tidak meninggalkan tradisinya, meski menyesuaikan diri dengan beragam modernisasi,” tutupnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya