Nostalgia Panembahan Reso 1986, Pentas Non Stop 7 Jam

Nostalgia Panembahan Reso 1986, Pentas Non Stop 7 Jam - GenPI.co
Konferensi pers teater Penembahan Reso (Foto: Dok GenPI.co)

GenPI.co - Layaknya merenung, menikmati karya pujangga sastra, WS Rendra selalu menjadi tamparan keras bagi perilaku manusia. Ribuan syair yang ia ciptakan mampu menembus batas waras kehidupan. Bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, pada akhir tahun 1985 ia menciptakan mahakarya sastra berjudul ‘Panembahan Reso’.

Bukan karya biasa, Panembahan Reso  tecipta dari refleksi kehidupan manusia yang penuh dengan perebutan kekuasaan, politik yang licik serta ironi masyarakat kecil. Isu yang segar itu lantas tertuang ke dalam panggung teater fenomenal berjudul sama.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi sang maestro untuk mengekeskusi naskah ini. Beberapa carik kertas yang diketik satu hari satu malam menjadi saksi kunci dari setiap peran yang dibawakan. Beruntungnya ia memiliki rekan-rekan yang solid, sehingga naskah bisa dipentaskan oleh pemain yang tangguh pada masa itu.

Baca juga:

Ini Sejarah Panjang Mesuji, Kawasan yang Kini Tengah Berkonflik 

Beribur ke Bali, Dani Alves dan Istri Kunjungi Pura Besakih

Ken Zuraida, istri sang legenda yang sekaligus menjadi saksi mata dari pertunjukan teater itu. Ia  mengatakan kala itu  teater Panembahan Reso  sukses dengan melibatkan setidaknya 98 orang pemain. Kerja keras para pemain juga tak main-main. Melewati siang malam, proses latihan memakan waktu 8 jam sehari termasuk proses olah suara, olah rasa, dan olah raga. Intensitas latihan semakin diperketat menjelang hari pementasan tiba.

“Prosesnya tahun 1985-1986, saat itu minat terhadap dunia teater sangat tinggi. Karena Rendra membuat karya selalu ditimbang waktunya sehingga dapat dimainkan oleh siapa saja, kapan saja. Teater ini tidak segmented karena issuenya sangat keren,” ungkap Ken kepada GenPI.co beberapa waktu lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya