Putus Asa Setelah Kehilangan Jejak Kawan ( 3 – habis)

Putus Asa Setelah Kehilangan Jejak Kawan ( 3 – habis) - GenPI.co
Frea Anneta.

Papi Share yang selalu aku ikuti itu tiba-tiba sudah menghilang,  tidak kelihatan lagi. Aku mulai panik, bingung dan takut bercampur aduk menjadi satu. Apakah hari ini, aku akan mati ? Pertanyaan itu sempat menghantui perasaanku. 

Tanpa kusadari, air mataku mulai menetes membasahi pipi yang sudah mulai lengket. Sementara, di depan mataku masih banyak warga lokal yang berlarian sembari berteriak-teriak histeris. Ada yang minta tolong, ada yang menyebut nama, mungkin anak, bapak atau ibunya. Situasi semakin tidak menanti. Sementara, bumi masih terus berguncang. Bahkan, rasanya ada yang bergerak dan seperti ada bagian bumi yang merekah, retak.

Aku melihat banyak orang terjatuh dan terpelanting. Mereka membutuhkan pertolongan. Tidak sedikit pula yang berusaha menolong orang-orang yang terjatuh. Tapi apa dayaku, aku hanya bisa melihat penderitaan itu. Aku sendiri sudah tidak berdaya. Kepalaku mulai nyut-nyutan, pusing.

Rasanya aku sudah tidak kuat lagi. Rasanya mau pingsan. Dan bumi berguncang lagi, guncangannya seperti mengocok perut. Guncangan keras itu seperti menyadarkan aku dari bayang-bayang burukku. Aku harus kuat, aku harus bertemu dengan teman-temanku lagi. Aku harus mencari mereka, Papi Share, Widi, Anna dan seterusnya.

Tiba-tiba wajah-wajah mereka ada dalam bayangku. Untuk menghilangkan rasa takut, dan khawatir aku masih mencoba merekam video bencana ini. Kemudian, kembali lari meninggalkan lokasi. Aku harus lari kemana sekarang? Tanpa banyak berpikir, aku ikuti saja warga lokal yang masih banyak berlarian.

Tetapi, masyaallah… mereka larinya kencang. Aku tertinggal lagi sama mereka. Aku terpaksa tengok kanan tengok kiri mencari teman. Tiba-tiba aku ketemu seorang anggota TNI. Orangnya sangat baik. Lalu ia memintaku  mengikutinya. 

Oleh anggota TNI yang baik ini, aku diantar ke sebuah masjid.  Masjid itu tidak terlalu besar, dan ternyata juga tidak terlalu jauh dengan bibir pantai. Nama masjid itu aku tidak memperhatikannya. Namun, Pak TNI ini bilang di situ sudah aman. Di dalam masjid berlantai dua itu ternyata sudah penuh sesak manusia. 

Mulai dari nenek-nenek, ibu-ibu dan anak-anak. Aku sempat melihat banyak sekali anak-anak balita bahkan bayi.  Aku tidak mau bertanya lagi. Aku sudah pusing. Jadi aku percaya dan ikuti saja kata dia. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya