Dear Diary

Ratni Mempertahankan Kehormatannya

Ratni Mempertahankan Kehormatannya - GenPI.co
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato)

Di antara ramai orang yang memenuhi ruangan besuk yang luas itu, Ratni bisa melihat kedua orang tuanya yang berdiri dengan gugup. Wajah mereka tampak layu, mungkin lelah memikirkan anak perempuan mereka harus berakhir di penjara lantaran membunuh orang. 

Ia disambut pelukan hangat sang ibu, lalu kemudian keduanya  terisak bersama. Sementara sang ayah, dengan rasa tegar yang dipaksakan, membelai lembut rambut Ratni. 

"Piye kabarmu, nduk? "tanya ayah Ratmi setelah ketiganya duduk di salah satu bangku besi panjang di ruangan yang agak sumpek itu. 

Ratni tersenyum sembari menatap wajah ayahnya. Ia berusaha menampilkan wajah ceria agar kedua orang tuanya  tahu bahwa ia baik-baik saja walau kebebasannya terkungkung di balik kokohnya tembok penjara. 

"Ibu bawa tempe oseng kesukaanmu," ucap sang ibu sembari mengunjuk rantang 3 susun kepada Ratni. "Ada ayam goreng juga, dibagi sama teman-temanmu yah. "

Ketiganya lalu ngobrol mengenai keadaan di rumah. Tentang Wawan, adik Ratni yang tahun ini akan tamat SMA. Oleh kedua orang tuanya, Wawan dibujuk untuk melanjutkan sekolah. Namun ia kukuh ingin bekerja dan menghasilkan uang sendiri terlebih dahulu. 

Ratni melihat ada secercah rasa bangga di mata ayahnya ketika bercerita tentang Wawan. Hal itu membuatnya makin sedih. Seharusnya ia bisa menjadi bagian kebanggan itu. 

Ratni tahu, hidup tak pernah lagi sama sejak dirinya harus tinggal di balik jeruji besi. Pun ayah, ibu dan adiknya kini harus menjalani hidup terkucil. Warga desa kini enggan berhubungan dengan mereka. Ratni dan keluarganya dianggap aib yang harus dihilangkan. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya