Baca Buku

Kritik Budaya Kuno dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Kritik Budaya Kuno dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck - GenPI.co
(Foto: Pinterest)

GenPI.co - Salah satu novel fenomenal karya sastrawan Buya Hamka adalah 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck'. Tema cerita yang diangkat sangat kental dengan budaya Minangkabau. Menampilkan keelokan alam dan budaya minang, serta kritik Buya Hamka dengan berbagai praktik budaya yang dianggap tak masuk akal.

Buku ini mengisahkan Zainudin, seorang keturunan Minang-Makassar. Darah minang ia dapat dari ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang bugis. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Zainudin berniat mengunjungi bako–nya. Melihat keinginan yang kuat, tak ada alasan bagi pengasuhnya, Mak Base, untuk tidak memberi izin.

BACA JUGA: Novel Dear Nathan: Kisah Cinta Dua Remaja Menerabas Perbedaan

Hingga suatu hari ia bertemu dengan Hayati, cintanya pada pandangan pertama yang tak disengaja di jalan waktu hujan turun. Hubungan kasih Zainuddin dan Hayati tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya Hayati. Dengan alasan Zainuddin tidak bersuku dan bebeda adat itulah mereka tidak menyetujuinya.

Zainuddin dianggap sebagai anak orang Mengkasar oleh orang-orang Minangkabau sekalipun ayahnya asli orang situ karena ayahnya menikah bukan dengan orang sesama sukunya. Begitu pula di Mengkasar Zainuddin dianggap orang padang oleh warga tersebut karena ibunya bersuami ayahnya yang merupakan orang buangan dari Minangkabau.

Hayati akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati. 

Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main perempuan.
 
Mendengar pernikahan Hayati dan penolakan atas pinangan yang di kirim melalui surat, Zainuddin pun jatuh sakit. Sakitnya itu seperti orang tidak waras yang selalu memanggil nama Hayati setiap erangannya. 

BACA JUGA: Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya