Liputan Khusus

Melestarikan Ondel-ondel Bukan dengan Cara Ngamen, Tapi dengan Ke

Melestarikan Ondel-ondel Bukan dengan Cara Ngamen, Tapi dengan Ke - GenPI.co
Kerajinan ondel-ondel (dok)

GenPI.co - Pengerajin Ondel-ondel, Martin Maulia sangat menyayangkan ondel-ondel di zaman now dibuat untuk mengamen. Menurutnya ondel-ondel salah satu ikon budaya Betawi jadi sangat buruk.  

"Jika ada inisiatif dari pemimpinnya bisa membina sekelompok anak-anak pengamen ondel-ondel melestarikan dengan cara meningkatkan kerajinan, bukan menjadikan ondel-ondel sebagai metode mengamen," ujar Martin pada GenPI.co saat ditemui di Sanggar ondel-ondel miliknya di kawasan Maruya Utara, Jakarta Barat, pekan lalu.

Menurut Martin semakin banyak pengerajin akan berdampak positif. "Meningkatkan kerajinan suvenir seperti miniatur ondel-ondel, nanti hasilnya akan bisa di kirim ke luar atau kemana," katanya.

Seperti yang dilakukan Martin mendirikan sanggar ondel-ondel tahun 2012 di Jalan Kartika No.4, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Sanggar yang diberi nama anaknya Rifky Albani. Nama itupun berasal dari nama anak pertamanya yang sejak kecil menyukai ondel-ondel.

Pak Gubernur Kapan Pengamen Ondel-ondel Ditindak?

“Dulu anak saya suka benget ondel-ondel dan belum ada yang keliling seperti sekarang. Jadi setiap saya pulang kerja pasti antar anak saya ke monas untuk melihatnya. Akhirnya saya inisiatif untuk bikin. Awal mulanya dari bubur kertas, lama-lama fiberglass dan stereform,” ucapnya.

Ondel-ondel yang dibuatnya lalu sengaja dipajang di depan rumah. Tak disangka banyak peminatnya. Bapak dari dua anak ini mulai memproduksi ondel-ondel untuk dijualbelikan atau disewakan.

“Setelah jadi saya pajang ternyata banyak peminatnya atau sewa. Lalu saya jadikan usaha dengan bikin pemasarannya melalui online,” kata Martin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya