Adib Sulap Limbah Batik jadi Cat Tembok

Adib Sulap Limbah Batik jadi Cat Tembok - GenPI.co
Adib Nurbiyanto (kanan) di depan Rumah Kreatif Mojodeso (foto: Rachmatulla)

Semenjak ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, popularitas batik semakin meningkat. 

Kain batik yang dulunya terkesan kuno, kini berubah menjadi tren seluruh kalangan tak terkecuali bagi para generasi milenial. Mereka tak canggung lagi untuk tampil dengan padu padan kain batik.

Namun, makin populernya kain batik terkadang juga memberikan pengaruh buruk bagi alam sekitar. Tak sedikit produsen kain batik yang tidak mengolah limbah hasil pemrosesan kain ini dengan baik. 

Baca juga: Mengintip Museum Batik Pekalongan

Solusi yang sudah dimunculkan pemerintah adalah dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di dekat titik produksi batik, yang ternyata memerlukan anggaran yang cukup besar. Hal itupun yang kemudian membuat gerah salah satu pemuda di Bojonegoro, Jawa Timur.

Adalah Adib Nurdiyanto penggagas ide pengolahan limbah hasil pemprosesan kain batik di Rumah Kreatif, Desa Mojodeso, Bojonegoro untuk diubah menjadi cat tembok. 

Adib memperhatikan bahwa perlu adanya pengolahan limbah dari produksi batik, dan tidak dibuang begitu saja ke saluran air. Limbah batik tersebut merupakan limbah hasil dari pewarnaan ketika memproses kain batik.

 Adib mengungkapkan, setelah mempelajari kandungan dari limbah tersebut, dia pun memanfaatkannya menjadi produk turunan berupa cat tembok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya