Mengadu Bulia di Atas Danau Limboto

Mengadu Bulia di Atas Danau Limboto - GenPI.co
Bermain bulia (elang) atau layang-layang besar di tepi Danau Limboto

Puluhan orang berkumpul di tepi Danau Limboto dengan membawa beberapa bulia (elang), layang-layang besar .

Di atas langit, belasan bulia sudah menari-nari dengan anggunnya, menyedot perhatian warga. Liukannya seperti seorang gadis yang sedang berlenggak-lenggok di langit biru. Semua mata menatap atraksi tersebut.

Inilah musim bulia atau layang-layang di Danau Limboto. Para penggemarnya tidak hanya dari Desa Pentadio Resort atau Ulapato, namun juga dari Kayu Bulan dan Isimu. Musim layang-layang selalu dinanti siapa saja yang ingin menyenangkan hati.

“Kami bawa 6 layang-layang untuk diadu, 2 sudah putus,” kata Salim, warga Kayu Bulan yang datang bersama kerabatnya dengan menggunakan bentor, kendaraan khas Gorontalo.

Angin yang berhembus kencang tanpa penghalang langsung menaikkan layang-layang ke angkasa, tidak sulit untuk menerbangkan. Namun setelah di angkasa sudah menanti puluhan layang-layang yang siap bertarung. Benda mati ini seperti hidup saat dinaikkan di atas, lenggokannya menggoda layang-layang lain untuk diadu.

“Kami tidak memakai benang untuk mengendalikan dari bawah, senar yang kami gunakan,” tutur Salim.

Tidak sulit untuk mencari lawan di angkasa, tingga menggoda genit, lawan akan segera membalasnya dengan anggukan penuh nafsu. Segera setelahnya, masing-masing bulia akan  saling meliuk mencari strategis untuk menang.

“Ini seninya adu layang-layang, harus mampu mengendalikan diri, bukan megendalikan layang-layang,” papar Salim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya