Di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Ketiban Durian Runtuh

Di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Ketiban Durian Runtuh - GenPI.co
Ilustrasi - Indonesia ketiban durian runtuh di tengah perang Rusia-Ukraina. Foto: Hafidz Mubarak A /Pool via REUTERS

GenPI.co - Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan (HRVP) sekaligus Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell menghargai cara Indonesia dalam mengelola kepemimpinannya di G20, saat situasi dunia diterjang pandemi covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.

"HRVP Borrel kembali menyampaikan dukungan kuat terhadap Presidensi Indonesia di G20," ujar Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulisnya mengenai pertemuan Perwakilan EU dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara, Kamis (7/7/2022).

Dalam pernyataan terpisah yang dirilis Delegasi EU untuk Indonesia, disebutkan bahwa FMM G20 akan fokus pada kebutuhan untuk menegakkan dan menghidupkan kembali multilateralisme serta mengatasi tantangan ketahanan energi dan pangan yang mendesak, sebagai akibat dari agresi Rusia terhadap Ukraina.

Borrel akan menggunakan FMM G20 untuk menegaskan bahwa keadaan saat ini membutuhkan semakin ditingkatkannya multilateralisme dan solusi global.

"Uni Eropa mendukung mitranya untuk bekerja mencari solusi bersama dan mengatasi tantangan bersama-sama," demikian keterangan Delegasi EU.

Di sela-sela FMM G20, Perwakilan Tinggi Borrell juga akan mengadakan pertemuan bilateral dengan para menlu dari berbagai benua untuk membahas isu-isu regional dan bilateral serta dampak global perang Rusia di Ukraina, khususnya terhadap keamanan pangan.

Sebagai platform multilateral strategis yang berperan mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global, G20 memiliki 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, China, Turki, dan EU.

Meskipun FMM G20 tidak akan menghasilkan dokumen resmi atau komunike, pembahasan isu global oleh para menlu diharapkan dapat mendorong kerja sama yang lebih konkret di masa depan.

Sementara, Menteri Luar Negeri Senegal Aissata Tall Sall mengapresiasi Indonesia karena menjadi Presiden G20 pertama yang mengundang partisipasi dari anggota Uni Afrika.

BACA JUGA:  Hasil Survei CiGMark, Perekonomian Indonesia Dinilai Kurang Baik

Menlu Aissata menyampaikan pernyataan tersebut dalam kapasitas Senegal sebagai Ketua Uni Afrika, ketika bertemu Menlu RI Retno Marsudi di Nusa Dua, Bali, Rabu (6/7/2022).

Keduanya bertemu menjelang Pertemuan Menlu G20 (G20 Foreign Ministers’ Meeting/FMM) yang diselenggarakan di Bali pada 7-8 Juli 2022.

BACA JUGA:  Menlu Retno Marsudi Belum Menerima Respons dari Arab Saudi

"Terkait kerja sama bilateral, kedua menlu telah menandatangani MoU Konsultasi Diplomatik yang akan menjadi forum pembahasan peningkatan kerja sama bilateral di berbagai bidang," ungkap Kementerian Luar Negeri RI melalui siaran pers.

Kedua menlu juga menyepakati secara prinsip rezim bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas.

BACA JUGA:  Airlangga Sebut Presidensi G20 Mendukung Pemulihan Ekonomi Global

Pada kesempatan tersebut, Indonesia juga menyatakan permintaan agar dikeluarkan dari klasifikasi C System Visa Senegal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya