Pada Senin di kota selatan Shiraz, lusinan siswi memblokir lalu lintas di jalan utama sambil melambaikan jilbab mereka ke udara.
Mereka juga meneriakkan "matilah diktator", mengacu pada Pemimpin Tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan akhir pada semua urusan negara.
Protes lebih lanjut oleh siswi dilaporkan pada hari Selasa di Karaj, Teheran dan kota-kota barat laut Saqez dan Sanandaj.
BACA JUGA: Pemimpin Tertinggi Iran Ngamuk, Tuduh AS dan Israel Siram Bensin ke Protes Antihijab
Sejumlah siswa juga difoto berdiri di ruang kelas mereka dengan kepala terbuka. Beberapa dari mereka mengacungkan jari tengah ada potret Ayatollah Khamenei dan pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Protes oleh siswi dimulai beberapa jam setelah Ayatollah Khamenei menuduh Amerika Serikat dan Israel yang merupakan musuh bebuyutan Iran sebagai dalang kerusuhan.
BACA JUGA: Milisi Pro-Iran di Antara Pasukan Keamanan, Massa Protes Antihijab Ketar-ketir
Dia juga memberikan dukungan penuh kepada pasukan keamanan, yang menanggapi protes dengan tindakan keras.
Kerusuhan dipicu oleh kematian Mahsa Amini, wanita Kurdi berusia 22 tahun yang koma setelah ditahan oleh polisi moral pada 13 September di Teheran.
BACA JUGA: Putra Mantan Pengusaha era Shah Puji Protes Antihijab: Rezim Iran Bisa Berakhir Kapan Saja
Gadis Kurdi berusia 22 tahun itu dituding melanggar undang-undang yang mewajibkan wanita untuk menutupi rambut mereka dengan hijab.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News