Berburu Barang Branded di Pasar Owol Parakan

Berburu Barang Branded di Pasar Owol Parakan - GenPI.co
Beragam pakaian ditawarkan di Kios owol Mas Harto.

Bagi yang tinggal atau pernah ke Temanggung Jawa Tengah, pasti sudah pernah dengar tentang Parakan. Pada masa sebelum tahun 1820-an, Parakan merupakan pusat pemerintahan kabupaten. Setelah perang Jawa berakhir yang  kemudian dimenangkan oleh Belanda, ibukota kabupaten dipindahkan ke Kecamatan Temanggung hingga sekarang.

Parakan berjarak sekitar 10 kilometer dari ibukota kabupaten Temanggung. Kecamatan yang punya segudang wisata seperti Wisata Alam Posong, Embung Kledung, wisata budaya dan sejarah Louw Djing Tie ini selalu ramai aktivitasnya. Salah satunya lantaran terdapat Pasar Legi Parakan yang merupakan pasar tradisional semi modern yang juga punya pergerakan ekonomi yang tinggi.

Bukan hanya di pasar saja, di sepanjang Jalan Saubari, Kauman, Parakan yang merupakan jalan kecil sekitar barat pasar juga terlihat ramai. Dari ujung ke ujung, ada sekitar 10 kios dengan ribuan pakaian yang tergantung. Celana, kaos, jaket, hingga jas-jas branded dan import second hand atau preloved tersedia dengan banyak pilihan. Orang-orang disini menyebutnya owol, karena stok barang yang datang menggunakan karung yang di-owol owol , diawul-awul atau digulung-gulung.

Berburu Barang Branded di Pasar Owol Parakan

Parakan merupakan salah satu pusat pakaian bekas import yang gaungnya sudah ke mana-mana. Salah satu penjaga kios, Suharto, mengaku bahwa pamannya yang adalah  pemilik kios, sudah berjualan di Jalan Saubari sejak sekitar 20 tahun yang lalu.

“Saya membantu berjualan sejak tahun 2015. Kalau paman saya berjualan disini sejak tahun 1998. Saat paling ramai pembeli adalah saat menjelang lebaran dan saat musim tembakau. Ramai sekali. Tapi kalau rata-rata hari biasa sekitar 20-30 pembeli, omset ya sekitar Rp1 juta setiap harinya,” ungkap Harto.

Dia bercerita, kios yang buka dari jam 7 pagi hingga setengah 10 malam ini sudah punya pelanggan dari luar kota. Biasanya setiap bulan datang ke kiosnya untuk membeli barang yang jumlahnya tidak sedikit.

“Ada langganan kami dari Purwokerto, Wonosobo bahkan Kalimantan. Biasanya selain dipakai sendiri, mereka beli untuk dijual lagi. Karena yah di sini murah. Harga Rp30 ribu-an. Paling mahal semacam jas, itupun harganya sekitar Rp150-250 ribu. Jadi saat dijual lagi, bisa untung lumayan,” tambahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya