GenPI.co 
Siapa bilang disabilitas tak bisa seru-seruan jalan-jalan. Sabtu (16/02) lalu, komunitas disabilitas ikut menjelajahi kota Jakarta dengan menggunakan kereta commuter line dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Palmerah. Perjalanan menjelajahi kota dilanjutkan dengan menyusuri trotoar di sepanjang jalan Palmerah. Dengan dibantu oleh beberapa petugas Dishub, para disabilitas ini terlihat sangat antusias.
Saat menyusuri trotoar inilah, mereka sekaligus melihat dan memberi masukan apakah fasilitas untuk kaum disabilitas sudah nyaman dan cukup memadai di Jakarta.Misalnya, trotoar yang harus menggunakan blok kuning untuk tuna netra.
"Kami para disabilitas pun ingin berkegiatan secara normal seperti menggunakan fasilitas publik. Jika tidak maka biaya yang dikeluarkan pun akan banyak hanya untuk berpindah tempat. Kurangnya aksesibilitas pun terkadang menyulitkan buat saya," tutur Andira salah satu peserta tur prnyandang tuna netra.
Perjalanan menjelajahi kota kemudian berakhir di salah satu kantor media massa di bilangan Palmerah. Acara dilanjutkan dengan seminar yang membahas mengenai hubungan media dan disabilitas. Dalam seminar tersebut peserta berdiskusi bagaimana media memberitakan isu seputar disabilitas. Salah satunya adalah soal penyebutan penyandang disabilitas, dan bukan penyandang cacat.
Diskusi tersebut juga menghadirkan Cheta Nilawati, salah seorang wartawan Tempo dan merupakan penyandang disabilitas tuna netra. Cheta menyuarakan pendapatnya mengenai peran media akan isu disabilitas.
"Media merupakan corong masyarakat yang dari dulu hingga sekarang sudah menyuarakan. Namun jarang yang mengaitkannya dengan realita, kebanyakan mengaitkannya dengan isu kesejahteraan masyarakat," tutur Cheta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
