Lokasi benteng ini berada di pesisir utara Gorontalo menghadap Laut Sulawesi yang berada di pinggir pantai tidak jauh dari sungai.
Belum diketahui pasti siapa yang membangun benteng ini, namun menurut Irma Saptaningrum yang merujuk pada catatan lama, pada masa pemerintahan Raja Biya yang memerintah Kerajaan Limutu, pernah memindahkan ibu kota kerajaan dari Limutu (Limboto) ke Uanengo, nama lama kota Kwandang saat ini.
“Raja Biya membangun 2 benteng. Apakah keduanya kemudian dikuasai oleh Spanyol, VOC atau lainnya, ini perlu penelitian lebih lanjut,” papar Irna Saptaningrum.
Sisa reruntuhan Benteng Maas yang masih bisa disaksikan saat ini adalah bagian bastion di timur laut dan bagian pintu gerbang di sisi barat.
“Penyusun struktur bastion adalah batu karang , andesit, tuva, breksi, granodiorit dan spesinya campuran antara terumbu karang yang dihaluskan dan pasir halus,” kata Agus Trihascaryo, pakar geo-arkeologi yang menjadi anggota tim ekskavasi ini.
Dalam catatan lama disebutkan pada masanya Benteng Maas ini memiliki 4 bastion, yang tersisa saat ini hanya 1 bastion. Sisa bastion inilah yang saat ini sedang dicari para arkeolog dari Balai Arkeologi Sulawesi Utara.
“Uniknya, bastion yang tersisa berbentuk segi delapan (Oktagon),” Muhammad Chawari, peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang juga tim peneliti.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News