Merasakan Hangatnya Tinggal Bersama Keluarga Batak di Samosir

Merasakan Hangatnya Tinggal Bersama Keluarga Batak di Samosir - GenPI.co
Keluarga Bu Ratna sedang menenun (foto: Mia Kamila)

Selama tiga hari saya  berada di pulau Samosir. Selama tiga hari pula saya menikmati keindahan alam yang elok di pulau ini. Mulai dari perbukitan yang hijau, mencicipi kopi yang lezat, menyantap makanan yang enak, danau yang dalam dan tenang hingga keramahaman masyarakatnya. Semua itu membuat saya betah.

Akhirnya Ditanya Soal Marga

Namun pada malam terakhir saya di Samosir pertanyaan perihal “Marga” terlontar untuk saya. Saat itu saya sedang bersama dengan keluarga ibu Ratna di desa Lumban Suhi Suhi yang merupakan desa tenun di Samosir. 

Malam itu saya bermalam di rumahnya. Dengan tulus dia meminta saya untuk menginap di rumahnya, lantaran saya kemalaman. 

Dia tak tega melihat saya seorang diri untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Pangururan. Demi menghargai beliau saya pun rela membatalkan hotel yang sudah saya pesan malam itu.

Sebelum masuk ke rumah bu Ratna, saya pun melepas alas kaki yang saya kenakan. Tiba-tiba suami Ratna melontarkan pertanyaan yang membuat saya merasa sedikit takut.

“Sendirian kau nak? Apa margamu?” tanya suami bu Ratna.

Mendengar pertanyaan tersebut, hati saya pun bergetar. Ada sedikit rasa takut dan kaget. Saya takut perlakuan ramah keluarga ini akan berubah, ketika tahu saya tidak memiliki nama marga. Namun pertanyaan itu harus dijawab segera.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya