Memang ternyata para tetangga lebih suka menyebut pesantren ini dengan nama kiai pengasuhnya atau nama daerah yang lebih familiar didengar.
Dari data yang ada di akun resmi ponpes Al-Anwar, jumlah santri yang ada di ponpes mbah Moen memiliki 3.210 santri, anatara lain 2456 santri laki - laki dan 754 santri perempuan.
Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, didirikan oleh leluhur Mbah Maimun (Foto : Istimewa)
Tata cara yang wajib dilakukan di pesantren ini adalah membahas persoalan masa kini dengan membedah kitab kuning. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kitab kuning merupakan tulisan Arab tanpa harakat, kitab ini menjadi salah satu pengajaran utama di pondok pesantren.
Kegiatan tersebut biasa dilakukan setiap minggu, agar santri terbentuk menjadi seseorang yang siap menghadapi segala macam persoalan di masa kini tanpa menghilangkan unsur keislamannya.
Bangunan ponpes tersebut pun terlihat teduh dengan cat warna hijau selang-seling tua dan muda. Bukan tanpa maksud, ternyata cat tersebut menggambarkan jika ponpes Al Anwar diperuntukkan bagi semua khayalak. Baik tua maupun muda yang ingin menimba ilmu agama di sana.
Melansir dari AIS Jawa Tengah, Ponpes Al Anwar ternyata dibangun di tengah kondisi masyarakat yang belum rutin mengerjakan salat 5 waktu dan minimnya pengetahuan tentang Alquran. Sekitar 1977, pondok ini awalnya merupakan musala dari anyaman bambu. Para tetangga sekitar yang kerap mendengar lantunan kitab suci rupanya satu demi satu tergerak untuk menunaikan kewajiban beribadah sebagai muslim. Tanpa harus ada kekerasan, pendiktean, Ponpes Al Anwar sukses menciptakan lingkungan ruhani yang tergerak dari hati sendiri.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News