Menikmati Arsitektur dan Nilai Bantayo Poboide

Menikmati Arsitektur dan Nilai Bantayo Poboide - GenPI.co
Bantayo Poboide

Limboto saat pagi, mentari bersinar cerah. Kota ini penuh kenangan dan menyajikan keramahan masyarakatnya.

Di tengah kota, bangunan kayu bergaya tua berdiri kokoh tepat di depan kantor bupati. Rumah besar ini adalah Bantayo Poboide atau rumah adat Limboto.

Di bagian depan, terdapat tulisan Payu Lipu atau dasar negeri yang diukir sebagai prasasti, warisan para leluhur kerajaan Limboto (Limutu).

Bantayo Poboide adalah rumah adat kerajaan Limboto yang berfungsi sebagai tempat musyawarah. Para baate atau pemangku adat dan tokoh agama merundingkan berbagai masalah masyarakat dan kerajaan.

Bantayo Poboide memiliki luas 515,16 meter persegi, terletak di desa Kayu Bulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.

Di bagian depan terdapat delapan tiang. Sebanyak dua buah terletak di sisi  depan terluar. Tiang yang ukurannya lebih besar dari enam tiang lainnya ini disebut wolihi. Tiang-tiang ini menancap ke tanah dan menyangga langsung rangka atap.

Wolihi melambangkan kerajaan Limutu dan Gorontalo yang bertekad menjunjung persatuan dan kesatuan yang abadi. Ini sesuai dengan yan  tertuang dalam naskah perjanjian Lou duluwo mohutato Hulontalo Limutu pada tahun 1664.

Enam tiang lainnya disebut Potu, melambangkan enam ciri khas masyarakat lou duluwo limo lo pahalaa.  Ciri khas tersbut yakni Tinepo yang berarti makna sifat tenggang rasa, tombulao memiliki rasa hormat, Tombulu berarti berbakti kepada penguasa atau pemerintah, Wu’udu bearti sesuai kewajaran, Adati artinya  patuh kepada peraturan, dan Buto’o berarti taat kepada keputusan hakim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya