GenPI.co 
Jika mendengar rang Bugis bilang ‘pindah rumah’, hal itu bisa kamu artikan secarah harafiah. Yepp, masyarakat Bugis tak sekadar membenahi perabotan saja jika pindahan, rumahnya juga turut diangkat secara utuh. Nama kegiatan adat ini adalah Mappalette Bola.
Saat rumah hendak dipindahkan, warga masyarakat sekitar beramai-ramai membantu si pemilik rumah. Sebelum dipindahkan, isi rumah dikeluarkan terlebih dahulu, terutama barang pecah belah dan kelistrikan. Sementara benda-benda besar seperti ranjang dan lemari, dibiarkan tetap di dalam.
Para pria bertugas mengangkat rumah sementara para wanita bertugas menyiapkan makanan. Suwella, barongko, dan kue lapisi yang dihidangkan pada saat akan memulai Mappalette Bola. Ada juga makanan berat seperti sup saudara dan ikan bandeng yang disajikan saat Mappalette Bola telah selesai.
Setahun setelah rumah dipindahkan, pemilik runah akan menggelar Macerra Bola. Itu adalah acara adat dengan tujuan agar keselamatan selalu dilimpahkan ke penghuni rumah di tempatnya yang baru.
Mappalette Bola adalah salah satu adat unik dari suku Bugis di Sulawesi Selatan. Rumah panggung yang terbuat dari kayu kadang dipindahkan sampai jarak 1 kilometer dari tempat semula. Rumah dipindahkan biasanya karena tanah tempat rumah berdiri telah dijual.
Rumah adat Bugis biasanya bisa dipindahkan. Itu karena bangunannya didirikan tanpa paku dan sepenuhnya menggunakan pasak dan sambungan tradisional. Saat akan dipindahkan, ada bagian-bagian yang bisa dilepas.
Rumah Bugis sendiri terdiri dari tiga bagian. Rakkeang atau bagian atas rumah adalah tempat penghuni menyimpan padi. Lalu ada bagian Ale bola yakni bagian tengah rumah tempat penghuni beraktifitas, Sementara bagian paling bawah Awa bola yakni kolong rumah yang dahulu berfungsi menjauhkan rumah dari genangan air pasang atau serangan hewan buas tapi sekarang berubah fungsi menjadi garasi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
