Liputan Khusus

Membumikan Wisata Halal di Indonesia

Membumikan Wisata Halal di Indonesia - GenPI.co
Membumikan wisata halal di indonesia

Faktanya, julukan pulau seribu masjid, juga bukan tanpa alasan. Di tahun 60-an sampai 70-an, kelompok masyarakat kaya Lombok, cenderung mewakafkan sebagian lahan mereka menjadi mushola. Jika dilakukan kalkulasi sederhana, misal ada 20 keluarga muslim kaya di masing-masing kabupaten, maka akan terdapat juga sekitar 20 mushola, tersebar di pelosok Lombok.

Perlengkapan Ibadah Muslim Standar di Banyak Lokasi Wisata 

Di lapangan, nyatanya semakin banyak juga stakeholder pariwisata yang aktif mendukung jargon halal ini. Di sisi Amenitas misalnya. Keberadaan mushola di destinasi-destinasi wisata semakin diutamakan. Secara random, Genpi Co mendatangi beberapa spot ikonik Lombok. Gili Trawangan misalnya. Terkenal sebagai pulau pesta, gili (pulau kecil, bahasa Sasak Lombok) di utara pulau ini kini juga akrab dengan sebagian identitas keseharian muslim. Kubah dan menara

masjid Gili Trawangan, menjadi satu pemandangan unik. Terlihat mencolok dengan warna hijau pekatnya, di antara atap-atap akomodasi ‘leisure’ Trawangan.

Berikutnya, air terjun Benang Kelambu di Lombok Tengah. Muhaidi, salah seorang pengelola homestay di mulut gerbang utama menuju spot ini, menjelaskan bahwa sebenarnya norma umum muslim diterapkan sejak lama di lokasi ini. Satu mushola yang bisa menampung sekitar dua puluh orang, dibangun pemerintah di spot Benang Kelambu. Di samping musholla ini, ada kesepakatan umum, agar para guide yang menemani tamu, tak sungkan saling mengingatkan. Misalkan, jika ada tamunya yang berpakaian terlalu minim.

“Jika di lapangan kami temukan ada guide yang membawa tamu yang mengenakan bikini, misalnya, kami akan ingatkan untuk menegur tamu mereka. Kalau peringatan tersebut tidak diindahkan, bukan tidak mungkin ijin guidenya kami cabut,” demikian penjelasan Muhaidi.

Beberapa kondisi khusus di atas, mungkin tidak akan terlalu diperhatikan oleh wisatawan non muslim. Contohnya, Genpi Co sempat meminta waktu sebentar dengan seorang tamu Aruna Resort and Convention Senggigi. Rina, bersama keluarganya datang dari Surabaya. Rina mengaku tidak terlalu paham dengan konsep pariwisata halal dan juga tidak terlalu memperhatikan apakah hotel yang diinapinya melayani tamu dengan konsep tersebut. Namun, perhatian ekstra akan datang dari wisatawan yang berasal dari negara-negara muslim.

Seperti yang dikisahkan Fathul, Manager F & B Hotel Villa Ombak, Gili Trawangan. Sekitar empat tahun lalu, ada tamu hotel dari negara Timur Tengah yang menolak bersantap di restoran hotel. Tamu tersebut merasa khawatir dengan kehalalan kuliner yang dinikmatinya. Tamu merasa, meskipun ia memesan kuliner yang dijamin halal, ia merasa ragu dengan peralatan makan yang digunakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya