Garuda Gontai Karena Ini, Dampaknya Mengerikan

04 Juni 2021 15:20

GenPI.co - Garuda Indonesia tengah gontai. Korporasinya mendapat tekanan hebat dari utang Rp70 triliun. Dampak dari ini disebut bisa sangat mengerikan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan beberapa alasan yang menyebabkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk gontai.

Selain terpengaruh pandemi covid-19, persoalan lainnya adalah penyewa pesawat atau lessor.

BACA JUGA:  Mendadak Putri Gus Dur Bongkar Kondisi Garuda Indonesia, Astaga..

Harga penyewaan pesawat yang dipatok lessor sekali pun tidak terlibat koruptif, terasa tetap mahal di kondisi saat ini.

Penyebab lainnya adalah bisnis model Garuda Indonesia.

BACA JUGA:  Keuangan Garuda Kritis, Komisaris Menolak Terima Gaji

Menurut Erick, seharusnya maskapai pelat merah itu mengubah bisnis modelnya dengan fokus pada pasar penerbangan domestik.

Hal ini didasari pula pada data kepariwisataan nasional. Sebanyak 78 persen perjalanan yang dilakukan merupakan turis domestik, sedangkan 22 persen lainnya adalah turis asing.

BACA JUGA:  Rizal Ramli Mau Selamatkan Garuda, Syaratnya Barter Sama Ini

Harus ada transformasi dari Garuda agar maskapai berplat merah ini tidak mati.

N. Arista Atmadjati, analis penerbangan dari AIAC punya analisis lain. Dia menyebut ada 11 penyebab yang membuat Garuda megap-megap dililit utang.

  1. Melakukan accountant treatment dengan dalih diperbolehkan oleh Asosiasi Akuntan Indonesia.
  2. Selalu melakukan window dressing atau pemolesan laporan keuangan.
  3. Tidak pernah ada laba operasional yang real profit karena usaha.
  4. Laba operasional yang ada 11 tahun yang lalu hanya karena jual aset, seperti jual gedung.
  5. Sewa pesawat lease lebih mahal 25% dibanding harga pasar dunia, bahkan lebih tinggi dari Singapore Airlines.
  6. Tidak Ada rasa sense of crisis dari para pejabatnya, dari VP ke atas.
  7. Organisasi pusat dan perwakilan sangat gemuk.
  8. Tidak pernah dilakukan survei analisa beban kerja karyawan: sudah optimal atau hanya menumpang makan.
  9. Sikap pejabat yang sales force di lapangan bersikap sebagai birokrat, bukan pelayan.
  10. Pressure organisasi non-struktural yang banyak sehingga banyak pejabat karbitan non kompeten menambah runyam karena output pejabat afiliasi dengan organisasi non struktural juga tak kompeten.
  11. Berpuluh-puluh tahun kurang atau tidak ada kekompakan antara komisaris dan direksi. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co