GenPI.co - Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) berkesempatan melakukan penelusuran ke sejumlah desa di kawasan Baduy.
Ini dilakukan dalam upaya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan anak-anak Badui yang masih perlu diperhatikan.
Sebab, pada faktanya, sepanjang 2020 terdapat 11 balita yang mengalami gizi buruk dan minimnya pengetahuan masyarakat Badui.
Ketua bidang advokasi KOPMAS, R Marnie menjelaskan, minuman susu yang dikonsumsi anak-anak Badui adalah susu kental manis, minuman instan sereal kemasan yang dianggap mereka sudah terpenuhi gizinya.
"Susu kaleng sudah menjadi minuman anak bahkan sejak masih di periode ASI," jelasnya dikutip GenPI.co, Jumat (11/6).
Lebih lanjut, KOPMAS melakukan sejumlah desa di kawasan Baduy, anatara lain Ciboleger dan kampung Cibeo yang kerap jadi tujuan wisatawan.
Menurut Marnie, Di Ciboleger, dia melihat rutinitas pagi beberapa keluarga dan menjadi sebuah kebiasaan. Sehingga, nilai gizi nya pun minimalis.
Sang ibu menyiapkan sarapan, ubi, singkong, pisang goreng dengan teh untuk anak-anak dan balita.
Sebagai contoh, dengan ditemukannya konsumsi kental manis yang tinggi oleh anak-anak Baduy, sementara orang tua tidak mengetahui kandungan dari kental manis.
Diketahui, memang ada bidan atau puskesmas yang rutin mengontrol kesehatan masyarakat, hanya saja masih kurang edukasi soal gizi.
Mereka baru sebatas memeriksa kesehatan, namun belum menyampaikan pengetahuan tentang gizi.
Bila kondisi ini terus dibiarkan, ada kemungkinan Baduy selanjutnya akan menjadi kawasan yang rawan gizi buruk.
"Masyarakat Baduy masih berpegang pada bersikukuh adat, ini tidak banyak komunitas adat yang bisa mempertahankan," terangnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News