GenPI.co - Menteri Koordinasi Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan biang kerok dari permasalahan pembangunan di Indonesia.
Menurut Luhut, kelemahan Indonesia dalam bernegara selama ini adalah tidak berupaya mengatasi masalah secara holistik.
Hal itu disampaikan dalam Forum Mahasiswa S3 Indonesia di Prancis (JDI) 2021, Sabtu (25/9).
“Kalau kita semua mau bicara detail dan cari solusinya, semuanya bisa teratasi dan Indonesia bisa menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045,” ujarnya.
Namun, upaya tersebut akan menghadapi tantangan besar usai pandemi covid-19.
Luhut mengatakan bahwa pandemic covid-19 mendorong terjadi perubahan dalam berbagai aspek, mulai dari sosial, ekonomi, dan teknologi.
“Kami rasakan sekali hal ini. Sistem kesehatan sangat berubah, kami lakukan health reform. Dulu, Rp 490 triliun per tahun itu 90 persen untuk impor barang kesehatan, tetapi saat ini sedang kita balik keadaannya,” katanya.
Menurut Luhut, salah satu model akselerasi reformasi kesehatan itu dilakukan dengan aplikasi PeduliLindungi.
“Peningkatan peran AI dan big data kami lakukan dengan kerjasama dengan Uni Emirat Arab (UEA). Ini proyek konkrit yang akan langsung kami kerjakan,” ungkapnya.
Luhut menegaskan bahwa Indonesia tak boleh hanya menjadi koloni dari kekayaan data saja.
“Kami juga mau punya pengelolaan big data sendiri,” tuturnya.
Lebih lanjut, Luhut mengaku pihaknya tengah berfokus untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT).
Sebab, tren perekonomian dunia saat ini sudah mulai menggalakkan penggunaan EBT untuk mesin penggeraknya.
“Kita ganti energi fosil dengan EBT. Indonesia kebetulan kaya dengan EBT, sehingga progres ini berjalan hebat. Namun, terkadang orang tidak tahu kalau Indonesia ini hebat,” paparnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News