Guru Honorer Peraih Rekor Muri Tak Lolos Tes PPPK Tahap I, Wah!

15 Oktober 2021 07:20

GenPI.co - Sebanyak 173.329 guru honorer yang mengajar di sekolah negeri dinyatakan lulus seleksi kompetensi PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja) guru 2021 tahap I.

Ternyata Melyani Dwi tidak termasuk dari kelompok guru honorer yang lolos di seleksi PPPK tahap I tersebut.

Padahal Melyani memiliki segudang prestasi, serta mendapatkan afirmasi dari pemerintah.

BACA JUGA:  Guru Honorer Bahagia Lulus PPPK, Tenaga Administrasi Menangis

Dilansir dari JPNN, Melyani tak lolos tes PPPK, karena bukan guru prioritas atau guru induk.

Melyani memang tercatat sebagai guru di SDN Kupang Krajan I/604 Surabaya.

BACA JUGA:  Guru Honorer Lulus Passing Grade Tes PPPK I Tak Jaminan Lolos ASN

Dia menjadi guru honorer sejak tahun 2003 sampai sekarang.

Keinginan naik status menjadi ASN PPPK. Karenanya, guru honorer yang ikut berkontribusi menulis buku untuk memecahkan rekor Muri tersebut berupaya semaksimal mungkin.

BACA JUGA:  Info Penting Soal Penetapan NIP PPPK Guru 2021 Tahap I, Simak

"Saya belajar modul-modul Kemendikbudristek, ikut guru belajar, lihat YouTube, ikut bimbel, dan semua saran teman-teman agar bisa lulus tes saya ikuti," kata Melyani kepada JPNN, Kamis (14/10).

Dia tidak terpengaruh dengan afirmasi atas pengabdiannya selama 18 tahun tiga bulan.

Saat ini usianya telah menginjak 51 tahun, Melyani berusaha ingin mendapatkan hasil terbaik.

Karena persiapannya yang matang, meski tingkat kesulitan soal sangat tinggi, Melyani berhasil lulus passing grade.

Sayangnya, karena yang dilamar guru honorer penulis ratusan buku ini adalah jenjang SMP, dia dinyatakan tak lolos.

Alasannya, Melyani bukan guru induk.

Dia bertanya-tanya apakah segudang prestasi yang sudah ditorehkannya dan membanggakan Kota Surabaya, namun tidak menjadi perhatian pemerintah.

Padahal, Melyani mengatakan, di usianya yang sepuh, prestasinya tidak kalah mentereng dengan guru PNS muda.

"Saya terpukul sekali. Apakah indikator guru prioritas hanya guru induk. Apakah prestasi yang saya raih ini tidak bisa dijadikan tolok ukur," tanya Melyani

Guru honorer kelahiran Surabaya, 4 April 1970 ini hanya berharap ada keajaiban yang bisa diraihnya.

Paling tidak penghargaan atas sumbang pemikiran lewat buku-buku yang sudah dituliskan, saat disibukkan dengan kegiatan belajar mengajar.

Melyani tetap lah seorang guru honorer yang punya semangat pantang menyerah.

"Saya hanya butuh pengakuan pemerintah pusat, karena saya sudah terlebih dulu mendapatkannya (pengakuan) dari masyarakat yang mencintai buku-buku hasil karya saya," beber Melyani. (*/JPNN)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co