Dahlan Iskan Lantang Buka-bukaan: Langkah Erick Thohir Cerdas

27 Oktober 2021 23:56

GenPI.co - Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan ikut menanggapi perihal permasalahan yang melanda Garuda Indonesia.

Bahkan, Pelita Air Service bakal masuk menggantikan peran penerbangan komersial tersebut.

Dahlan Iskan menyebutkan bahwa Menteri BUMN Erick Thohir sebagai sosok cerdas dengan memilih Pelita Air Service sebagai pengganti Garuda Indonesia.

BACA JUGA:  Arteria Dahlan Tegas, Jokowi Disentil Walau Sesama PDIP! Karena..

"Menteri BUMN memang cerdas memilih Pelita sebagai pengganti Garuda Indonesia, kalau memang diperlukan, mungkin itu tidak perlu," demikian dalam tulisannya, seperti dikutip dari disway.id, Senin (25/10/2021).

Sebab, masuknya Pelita Air sebagai pengganti Garuda Indonesia akan menjadi lebih mudah karena tak memiliki beban masa lalu.

BACA JUGA:  Waskita Gelontorkan Rp 500 Juta Bangun Masjid Walidah Dahlan

"Saat ini Pelita masih sangat langsing, bisa cari pesawat yang lebih murah, bisa cari tenaga yang lebih selektif, asal penyakit lama Garuda tidak terulang di Pelita," jelasnya.

Namun, Dahlan menambahkan yang jadi catatan adalah Pertamina menjadi punya anak perusahaan penerbangan besar yang tak ada dalam rencana, artinya itu membawa risiko besar.

BACA JUGA:  Arteria Dahlan vs Fadli Zon Panas, Debatnya Bikin Emosi

"Padahal Pertamina baru saja di reorganisasi. Tiba-tiba saja harus punya anak perusahaan skala besar, di luar rencana," ungkapnya.

Di samping itu, pada awal tulisannya juga bahwa Garuda Indonesia sebetulnya bisa baik-baik saja, asal Pertamina terus memberi bahan bakar.

Mencoba mengambil sudut pandang Pertamina dengan membayangkan menjadi direksi Pertamina, ketika bawahan membuat laporan mengenai bahan bakar yang belum dibayar Garuda Indonesia sudah mencapai Rp 12 triliun.

"Bawahan anda juga sudah membuat memo: apakah pertamina akan terus mengirim BBM ke Garuda atau dihentikan?" tulisnya.

Namun, sebagai direksi tentu tak akan mau lagi mengirim bahan bakar ke Garuda Indonesia, akan tetapi pertamina terus berbaik hati.

"Kalau bukan Pertamina tidak mungkin punya hati sebaik itu. Mana ada perusahaan mau memberi pinjaman sampai Rp 12 triliun," katanya.

Maka, kesimpulannya bahwa nyawa Garuda Indonesia berada di tangan Pertamina yang memutuskan, dan bukan pada perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa.

Dahlan Iskan berandai, misal dalam waktu dekat pertamina mengambil keputusan tak lagi kirim bahan bakal ke Garuda Indonesia, hal itu bisa membuat maskapai itu tak lagi bisa beroperasi.

Di samping itu, Dahlan mencoba memahami jalan pikiran Pertamina sebagai perusahaan.

Pertanyaannya yakni mengapa pertamina tetap kirim bahan bakar ke Garuda, padahal secara perusahaan itu tidak mungkin dan tidak masuk akal, bahkan melanggar semua prinsip di sebuah perusahaan.

Dahlan turut menuliskan, dalam neraca keuangan, piutang Rp 12 triliun itu masuk ke dalam laba.

Tahun lalu Pertamina rugi, yang dipandang Dahlan sebagai suatu hal yang lucu sebagai sebuah perusahaan yang mengalami kerugian punya tagihan begitu besar.

"Tahun ini, di enam bulan pertama 2021, Pertamina sudah bisa laba Rp13 triliun, hebat sekali. Tapi apakah berarti Pertamina punya uang Rp 13 triliun? Tidak. Dari laba Rp 13 triliun itu yang Rp 12 triliun masih nyangkut di Garuda," tuturnya.

Dahlan menyebut, dalam peraturan pajak sebenarnya juga melarang sebuah perusahaan memberi utang ke perusahaan lain seperti itu.

Sementara pertamina bukan lembaga keuangan yang boleh memberi pinjaman.

Maka bila Rp 12 triliun itu mewujud di dalam laba Pertamina, berarti pertamina juga harus membayar pajak penghasilannya.

Dahlan berandai, kalau besaran pajak itu 30 persen, berarti Pertamina harus membayar pajak laba yang masih nyangkut sekitar Rp 3 triliun.

"Betapa ruginya Pertamina di transaksinya dengan Garuda itu. Atau Pertamina menjual bahan bakar ke Garuda dengan harga lebih mahal, memasukkan risiko ke dalam harga? Dan, tentu hanya Pertamina dan Garuda yang tahu. Tapi mengapa Pertamina terus mengirim bahan bakar ke Garuda? Dugaan saya, ada perintah dari pemegang saham, pemerintah," ungkap dia.

Dahlan juga menyampaikan kalau dokumen perintah itu ada di tangan Pertamina, tentu itu baik bagi Pertamina.

Misalkan, Garuda pada akhirnya ditutup berarti Garuda tidak bisa membayar utang Rp12 triliun itu.

Pertamina mungkin bisa menggunakan dokumen perintah tersebut untuk menagih langsung ke pemerintah.

Dengan demikian, tentu Pertamina tidak harus menerima uang kontan.

Bisa saja dalam bentuk potongan dividen yang artinya Pertamina dianggap sudah setor dividen senilai piutang yang ada dokumennya itu.

Sehingga itulah salah satu pertimbangan mengapa nama Pelita muncul sebagai calon pengganti Garuda.

Pelita adalah anak perusahaan Pertamina.

Pesawat yang dimilikinya kecil-kecil. Hanya untuk ke daerah-daerah penghasil minyak.

Berarti, Pelita Air akan mencari sewaan banyak pesawat, namun itu bisa dilakukan dengan pesawat yang sewanya tidak dititipi oleh kepentingan pencari komisi.

"Kalau pun kelak Pertamina terus mengirim bahan bakar ke Pelita, perhitungan akuntansinya lebih mudah. Piutang Pertamina ke Pelita akan bisa langsung diputuskan di RUPS sebagai tambahan setoran modal. Itu yang tidak mungkin dilakukan Pertamina terhadap Garuda," tandasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co