Suhu Panas Timur Tengah Tak Berimbas di Wilayah Indonesia

02 Juli 2019 12:54

GenPI.co – Badan Meteorolgi Klimatologi dan Gefisika (BMKG) dalam siaran pers-nya menyatakan suhu panas yang terjadi di kawasan Timur Tengah tidak akan berimbas pada wilayah Indonesia.

Pernyataan BMKG ini menepis pemberitaan media massa yang mengkhawatirkan  dampak gelombang panas tersebut, dikatakan di kawasan negara Timur Tengah dan Eropa mengalami suhu udara yang panas atau gelombang panas. 

BMKG membeberkan, berdasarkan catatan pengamatan suhu udara permukaan sepanjang Juni 2019 oleh stasiun-stasiun pengamatan cuaca di Iraq, Kuwait, dan Arab Saudi yang terkumpul di database Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa suhu maksimum tertinggi tercatat di Stasiun Basrah-Hussein (Iraq) sebesar 50.4 derajat Celcius pada 10 Juni 2019, di Stasiun Mitribah (Kuwait) tercatat sebesar 51.4 derajat Celcius  pada 10 Juni 2019.

Suhu panas yang dirasakan  di Timur Tengah akibat dari perluasan  gelombang panas (heatwave) yang menyerang India beberapa minggu lalu.

Baca juga:

PLBN Motaain, Destinasi Wisata Baru di Tapal Batas Indonesia 

Berapa Kali Gerhana Matahari Total Teramati dari Indonesia? 

Pria Nikahi Saudaranya di Bulukumba, ini Dampaknya Secara Medis 

Gelombang panas menjangkiti India, Pakistan, Afghanistan, Turkemistan, Iran dan Saudia Arabia. Suhu permukaan di wilayah yang terpapar heatwave tersebut terukur bervariasi antara 34-51 derajat celcius. Tidak hanya di negara-negara di Timur Tengah, tetapi di Perancis pun mencatat suhu panas mencapai 34 derajat Celcius di Paris dan Lyon.

Berdasarkan pola klimatologis, wilayah Timur Tengah memang memiliki suhu yang tinggi pada periode Juni, Juli, dan Agustus (JJA). Suhu tinggi pada periode JJA ini akibat  posisi gerak semu tahunan matahari yang berada di wilayah Belahan Bumi Utara.

“Kondisi ini pun didukung oleh faktor geografis wilayah tersebut yang terletak pada Lintang 20-30, yang umumnya memiliki iklim gurun karena menjadi lokasi subsidensi (massa udara turun pada sirkulasi global), sehingga memiliki kandungan uap air yang relatif lebih sedikit di bandingkan wilayah pada lintang lain,” tulis BMKG pada siaran pers-nya yang dirilis pada 1 Juli 2019.

Berdasarkan sumber Data Pengamatan Cuaca Stasiun Al Amara (No WMO 40680), Iraq, kejadian suhu tinggi melebihi 50 derajat celcius cukup sering terjadi di Irak selama kurun waktu 10 tahun terakhir, diantaranya 52,2 derajat Celcius  pada 2016, 52 derajat Celcius  pada 2017, 51,5 derajat celcius pada 2018, 51 derajat Celcius  pada 2011 dan 2012 .

Kejadian fenomena suhu tinggi di Timur Tengah diperkirakan tidak berdampak pada wilayah Indonesia. Selain karena sistim sirkulasi udara yang menyebabkan gelombang panas di wilayah Timur Tengah berbeda dan tidak mengarah atau menuju  ke wilayah Indonesia, suhu panas yang mencapai lebih dari 50 derajat celcius juga sangat kecil peluangnya terjadi di wilayah Indonesia.

“Berdasarkan catatan historis suhu maksimum di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat celcius,” tulis BMKG.

Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Indonesia adalah sebesar 39.5 derajat celcius pada tanggal 27 Oktober 2015 di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Simak juga tayangan menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co