Mengintip Keceriaan Anak Suku Bajau Menanam Mangrove

15 Juli 2019 07:08

GenPI.co – Wajah riang dan gembira terpancar dari wajah-wajah polos anak-anak Suku Bajau di Pesisir Desa Torosiaje Jaya Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. Terik matahari yang mulai menghangat tidak mereka hiraukan.

Dunia anak adalah dunia bermain yang menggembirakan, apalagi angin timur yang membawa uap air dan kelembaban bertiup semakin memanjakan mereka yang meluapkan keceriaan di tepi pantai. Genap sudah mereka melupakan hiruk pikuknya dunia dan asyik dengan bibit-bibit mangrove yang mereka semai di sebuah lokasi pembibitan.

“Anak-anak ini ikut membantu orang tuanya melakukan penyemaian bibit mangrove di lokasi pembibitan yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggal mereka, tentunya dengan segala keceroiaan yang menjadi milik mereka,” kata Nurain Lapolo, Direktur Jaring Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Gorontalo, Senin (15/7).

Baca juga:

Gempa Bumi 3,8 Magnitudo Guncang Gorontalo 

Kapal Berbendera Panama Menabrak Crane di Tanjung Emas Semarang 

Relawan Japesda memang mengajak mereka bermain di kawasan ini sambil menunjukkan bagaimana cara mereka menanam, mengenalkan jenis mangrove dan sesekali bercanda dengan tanah dan air yang mereka pegang.

Nurain menjelaskan pembibitan mangrove ini adalah bagian dari kegiatan sebelumnya. Saat ini pembibitan mangrove jenis Ceriops tagal sejumlah 2.000 bibit, setelah pembibitan tahap I yang dilakukan pada bulan Maret lalu sejumlah 3420 bibit terdiri dari jenis Rhizophora mucronata sebanyak 2.394 bibit dan Rhizophora stylosa sebanyak 1.026 bibit.

“Warga juga melakukan pembibitan tahap II sebanyak 1.600 bibit, terdiri atas 790 jenis Bruguiera gymnorryzha, 10 bibit Rhizophora apiculata, dan jenis Rhizophora stylosa sebanyak 800 bibit,” ujar Nurain Lapolo.

Ragam jenis bibit mangrove inilah yang dikenalkan kepada anak-anak. Setiap jenis memiliki karakter yang berbeda, demikian juga tumbuhnya. Keunikan bentuk morfologi juga harus dikenali oleh anak-anak Suku Bajau ini agar kelak mereka bisa mengembangkan mangrove yang ada di desa mereka.

“Tidak hanya membibit mangrove, setelah ini anak-anak ikut mengawasi perkembangan bibit-bibit tersebut. Mereka mengikuti proses pertumbuhannya, mengamati bagian-bagian bibit ini yang berubah, sehingga mereka merasa memiliki, karena mangrove adalah bagian dari mereka,” ujar Nurain Lapolo.

Kegembiraan anak-anak ini semakin terlihat saat usai menaam mereka menikmati suguhan makanan yang telah disiapkan. Mereka pun berkisah berapa banyak bibit yang telah mereka semai, mereka juga mengungkapkan jenis mangrove yang mereka ketahui.

 "Kalau ada yang mati, kami akan ganti bibit Bangkau (nama lokal mangrove) yang baru", ujar Yanti, salah satu anak yang terlibat dalam kegiatan ini.

Tak hanya membibit dan mengawasi mangrove, anak-anak ini juga mengumpulkan sampah-sampah plastik yang berserakan di pinggir mangrove, kompleks pelataran Torosiaje Jaya, lapangan bola dan di sekitar rumah mereka untuk dijual ke pemerintah desa. 

“Walaupun niat mereka hasil jualan sampah plastik itu hanya sebagai tambahan uang jajan, tetapi mereka sudah ikut membantu mengurangi volume sampah plastik yang terbuang ke laut. Tanpa mereka sadari, apa yang mereka lakukan memberikan dampak besr untuk alam,” kata  Rena Pasandre, penggiat budaya Suku Torosiaje.

Kegiatan pembibitan mangrove ini merupakan kerjasama Japesdadengan Pemerintah Desa Torosiaje Jaya dan kelompok masyarakat.

Simak juga video menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co