Festival Sindoro Sumbing Gelar Ritual Abad 9

18 Juli 2019 19:18

GenPI.co – Sendratari yang melibatkan 100 seniman akan meriahkan Festival Sindoro Sumbing. Pementasan sendratari berjudul Mapageh Sang Watu Kulumpang digelar Sabtu (20/7) malam di lapangan desa Kledung, Kecamatan Temanggung. 

Direktur Festival Sindoro Sumbing, Imam Abdul Rofiq mengatakan bahwa agenda itu sekaligus menjadi puncak kolaborasi dua kabupaten dalam pertunjukan akbar.

"Hari pertama diawali dengan pengambilan air suci di dua tempat yakni di Sendang Kledung dan Surodilogo Pagerejo. Ada juga agenda selametan di Kledung dan juga jagong budaya di Candiyasan hingga puncaknya sendratari,” ungkap Imam dalam pressconference di Hotel Dieng Kledung, Rabu (17/7).

Sedangkan, agenda pembuka pada hari Jum’at adalah ritual awal memetik tembakau atau yang disebut dengan miwit metik soto, yang pertama kali ritual ini dihidupkan kembali di kawasan lereng Sindoro. Puncak acara Mapageh sendiri pada hari Sabtu dimulai dengan arak-arakan dari dua arah yang bertemu di tengah-tengah area panggung utama. 

BACA JUGA: Festival Sindoro Sumbing, Kolaborasi Wonosobo dan Temanggung

Camat dari dua wilayah yakni Kledung dan Kertek akan mengikuti kirab rombongan yang memanggul batu Lumpang sebagai obyek utama upacara tersebut, diiringi para kades beserta perwakilan masyarakat yang membawa buah tangan khas dari masing-masing wilayah. Agenda yang rencananya dimulai Sabtu siang pukul 14.00 WIB itu juga diiringi grup kesenian dari dua daerah.

“Sedianya acara akan dibuka Gubernur Ganjar Pranowo dan puncaknya akan menampilkan dua bupati yang memimpin sumpah untuk menjaga lereng Sindoro Sumbing dari perusakan alam yang masih terjadi hingga saat ini,” tambahnya.

BACA JUGA: Ini Dia Festival Ramah Lingkungan, Sindoro Sumbing Temanggung

Agenda dengan platform Indonesiana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menjadi sebuah rekonstruksi dari upacara penetapan tanah Sima yang dilakukan pada tahun 900 Masehi lalu oleh Raja Dyah Balitung. Pesan utama dalam upacara itu ialah pelestarian dan penjagaan alam termasuk di dalamnya sumber air dan bangunan suci tempat ibadah di era Hindu-Buddha.

Dua bupati, sebagai puncak acara akan melemparkan telur ke batu lumping sebagai lambing bahwa sumpah yang sudah diucapkan untuk bisa ditaati semua pihak dan mengandung arti kutukan buruk bagi yang melanggarnya. 

“Pertunjukan ini akan menggabungkan antara musik, tari wayang, teater, dan multimedia. Harapannya bisa menarik minat masyarakat untuk memahami pesan yang disampaikan yakni bagaimana di 1100 tahun lalu pemerintah bersama rakyat bersepakat untuk bersama menjaga kelestarian alam yang sebenarnya saat ini msih relevan,” ungkap Kasi Seni dan Budaya Disparbud Wonosobo, Sri Fatonah Ismangil.

NONTON VIDEO BERIKUT INI

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co