GenPI.co— Umat Hindu melakukan sejumlah ritual di Hari Raya Galungan dan Kuningan pada 22 Juli hingga 3 Agustus 2019.
Sejumlah turis asing juga ikut persembahyangan di sejumlah pura, salah satunya di Pura Dalam Desa Pakraman Ubud, Gianyar, Bali, pada Rabu (24/7/2018).
Baca juga:
Mau Menyaksikan Perayaan Galungan? Tetap Ingat Hal Berikut
Hal Menarik yang Dilakukan Saat Hari Raya Galungan
“Kami tidak beragama Hindu, tapi ikut proses sembahyang dan ikut berdoa di Pura Dalam, Ubud, bersama masyarakat Hindu Bali. Kami berdoa minta keberuntungan,” kata Barteck dan Aneta, sepasang warga Polandia, di Ubud, Rabu (24/7/2019).
Kadek, seorang pendeta (Mangku) Pura Dalam, Ubud, mengatakan masyarakat Hindu Bali menyambut pemeluk agama lain yang kut persembahyangan di pura.
Untuk masuk ke dalam pura, turis wajib menggunakan pakaian adat. Untuk lelaki, wajib menggunakan sarung dan udeng. Sedangkan wanita menggunakan baju kebaya.
Berikut sejumlah hal yang kamu wajib tahu perihal Hari Raya Galungan dan Kuningan:
Hari Kemenangan
Bagi masyarakat Hindu Bali, perayaan Galungan dan Kuningan merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma).
Sembahyang di Pura
Masyarakat Hindu Bali melakukan persembahyangan ke beberapa pura di Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Pasang Penjor
Pada saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, adat istiadat Hindu Bali mewajibkan setiap rumah memasang penjor.
Penjor adalah sebatang bambu yang tinggi dan panjang diberikan hiasan, antara lain berupa padi serta tempat sesajen.
Jenis Rangkaian Upacara
Hari Raya Galungan memiliki rangkaian upacara, seperti sugihan Jawa yang bermakna pembersihan alam semesta serta Sugihan Bali atau pembersihan diri sendiri.
Diikuti Umanis Galungan
Satu hari setelah merayakan Galungan, umat Hindu merayakan Umanis Galungan. Saat Umanis Galungan, dimanfaatkan oleh masyarakat Bali untuk saling bersilaturahim satu sama lain. (ANT)
Tonton juga video ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News