Ahli Epidemiologi Beri Kabar Buruk soal Omicron dan Delta, Astaga

11 Februari 2022 19:48

GenPI.co - Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar Prof Ridwan Amiruddin menyampaikan kabar buruk soal varian Omicron dan Delta.

Dia menyebutkan selain virus Corona varian Omicron, varian Delta juga masih menyebar di luar pulau Jawa, khususnya di Sulawesi Selatan.

Prof Ridwan Amiruddin mencatat secara nasional, varian omicron telah menyebar 90-96 persen utamanya di Pulau Jawa.

BACA JUGA:  Komunitas Yahudi Bangun Museum di Sulsel, Respons MUI Menohok

Sementara, wilayah di luar Jawa masih terjadi campuran antara Omicron dan Delta.

"Dengan kombinasi varian itu, Delta tingkat keparahan kematiannya cukup besar dibanding varian Omicron. Tapi Omicron memiliki tingkat penularan enam kali lebih cepat di banding delta," ujar dia di Makassar, dikutip dari Antara, Jumat (11/2/2022).

BACA JUGA:  Gawat, Ada Ancaman Bahaya untuk Semua Warga Sulsel, Waspadalah!

Prof. Ridwan menambahkan meski tingkat penyebaran Omicron lebih cepat, namun tidak lebih buruk dari pada Delta.

Sebab, sebagian besar Omicron bergejala 40-50 persen.

BACA JUGA:  Kabar Buruk soal Covid-19, Khusus Warga Sulsel Diimbau Waspada

"Dia masuk gejala ringan dan sedang sehingga bagi mereka yang terindikasi ada Covid-19 varian Omicron itu dengan isolasi yang baik itu bisa sembuh secepatnya," ungkapnya.

Inkubasi Omicron ini cenderung lebih pendek dari sebelumnya, berkisar 5-6 hari, yang berarti lima hari sebelumnya sudah terjadi paparan dan sudah berpotensi jadi sumber penularan.

Maka dari itu, pemerintah memperketat isolasi pasca penerbangan, yakni tujuh hari.

Lebih lanjut, Prof. Ridwan membeberkan terbukanya bandara dipastikan berpotensi masuknya kasus baru yang sangat besar, karena itu pengetatan di pintu masuk sangat penting.

"Di sinilah peran teman-teman di lapangan, satgas kemudian bagian imigrasi untuk meningkatkan deteksi dini agar mampu mendeteksi siapa-siapa yang berpotensi atau terdeteksi menjadi sumber penularan," tutur dia.

Adapun, Pemerintah Sulsel melakukan berbagai upaya dari sisi pelacakan kasus masih berada di angka rasio 1:5 atau 1:8 dan itu dinilai masih sangat rendah dibandingkan standar nasional 1:15 atau jauh lebih rendah lagi dibanding standar WHO (Badan Kesehatan Dunia) 1:30.

Hal ini menjadi PR Pemerintah Sulsel untuk menggenjot dan memaksimalkan angka pelacakan kontak.

"Kemudian dari sisi testing juga masih perlu peningkatan. Jadi ini PR besar untuk Pemerintah Sulsel untuk menekan laju pertumbuhan kasus," tandasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co