Kemdikbudristek Respons Era Teknologi Lewat Sekolah Penggerak

12 Februari 2022 11:30

GenPI.co - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) siap merespons perubahan dunia yang cepat akibat kemajuan teknologi informasi lewat program Sekolah Penggerak.

Hal itu dilakukan Kemdikbudristek untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kemendikbud Praptono mengatakan bahwa program Sekolah Penggerak bertujuan untuk menciptakan sekolah yang aman, menyenangkan, dan inklusif.

BACA JUGA:  Utang Warga Dilunasi Erick Thohir, Keponakannya Disekolahkan

“Sekolah harus bisa menjadi refleksi bagi murid untuk tumbuh serta gurunya mampu melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid,” ujarnya dalam Webinar Pendidikan Inklusif dan Berkualitas, Jumat (11/2).

Praptono memaparkan Kemdikbudristek memprediksi bahwa dalam sepuluh tahun mendatang, anak-anak Indonesia akan menghadapi era yang jauh berbeda dengan hari ini.

BACA JUGA:  90 Sekolah Sempat Ditutup Akibat Covid-19, Wagub Riza Bersuara

“Anak-anak Indonesia akan melewati masa di mana batas geografis akan makin tipis dari hari ini dan alur informasi lebih deras lagi,” paparnya.

Era itu akan membuat anak-anak Indonesia dituntut untuk memiliki tiga kompetensi fundamental, yaitu kemampuan literasi, numerasi, dan karakter.

BACA JUGA:  Temuan Covid-19 di Sekolah, Syarat PTM di Batam akan Diperiksa

“Sayangnya, saat ini skor PISA Indonesia, yang dilihat dari kemampuan literasi, matematika, dan sains, masih tergolong sangat rendah,” katanya.

Hal tersebut ternyata makin memburuk usai pandemi covid-19 menghantam Indonesia dan global.

“Kehilangan pembelajaran (learning loss) Indonesia sangat luar biasa. Ini menuntut pemerintah harus melakukan perubahan fundamental terhadap proses pendidikan yang dilakukan,” ungkapnya.

Menurut Praptono, Pelajar Pancasila akan mencetak lulusan pendidikan yang memiliki enam karakter unggul, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.

“Pendidikan Indonesia harus ditransformasi. Sebab, dalam 20 tahun terakhir Indonesia Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran,” tuturnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co