GenPI.co— Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara terkait adanya anggapan di kalangan masyarakat jika gempa bisa menjalar dan saling picu.
“Orang awam pun akhirnya beranggapan bahwa gempa pada waktu tertentu dapat menjalar ke mana-mana, misalnya dari Lombok menyeberang ke Palu, kemudian dari Papua menerjang Maluku utara, Halmahera Selatan, Sumbawa, Bali, dan Banten, kemudian entah selanjutnya ke mana lagi,” kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG di Instagram @infobmkg, yang diunggah Senin (5/8/2019).
Baca juga:
Yuk Pahami Gempa Bumi Selat Sunda Kemarin
BMKG Bantah Isu Adanya Gempa Susulan 9 Magnitudo
Dia mengemukakan, gejala “menjalarnya” atau “migrasi” gempa dari tempat ke tempat lain, secara ilmiah masih sulit diterangkan.
Sehingga saat ini, lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit bumi.
“Inil lah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa gempa saling berhubungan dan dapat menjalar kesana kemari,” ujarnya.
Daryono mengemukakan sebagian pakar berpendapat, perubahan pola tegangan regional (regional stress pattern) kemungkinan dapat menerangkan gejala tersebut. Namun nyatanya, hingga saat ini bagaimana memodelkan hal itu masih sulit dilakukan.
Namun demikian dalam perkembangan ilmu kegempaan, setidaknya sudah ada 2 teori pemicu antar gempa, yaitu yang bersifat statis (permanen) dan yang bersifat dinamik (berpindah).
Pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat lokasinya, sebagai contoh adalah munculnya gempa-gempa baru di Lombok di bagian barat dan timur yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa Lombok M 7,0 yang terjadi sebelumnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News