Selamatkan Hewan Laut, Waringin Hospitality Kirimkan Donasi

18 April 2022 15:48

GenPI.co - Masih ingat dengan kejadian paus terdampar di pesisir Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon pada 2021 kemarin? Ternyata, tidak hanya satu-dua kali kasus ini terjadi.

Misalnya, di perairan Tuban pernah ada paus sepanjang 15 meter terdampar. Adaa juga kasus bangkai paus berukuran 25 meter yang terdampar di perairan Cirebon.

Selain itu, ada juga seekor orca yang ditemukan mati di Pantai Bangsring Banyuwangi. Belum lagi kasus 49 ekor paus yang terdampar di Madura.

BACA JUGA:  WWF Dukung Instalasi Seni Satwa Ramah Lingkungan

Kejadian tersebut merupakan sedikit contoh dari puluhan kasus mamalia laut yang terdampar di wilayah perairan Indonesia.

Berdasarkan data yang dikutip dari wwf.id, selama empat tahun terakhir, telah ditemukan lebih dari 300 ekor penyu dan 400 mamalia laut yang terdampar di wilayah pesisir Indonesia.

BACA JUGA:  Hari Bumi, WWF Beberkan Pentingnya Produk Sawit Berkelanjutan

Namun, karena minim informasi dan keterbatasan peralatan yang memadai, banyak satwa terdampar tidak segera mendapatkan penanganan dan perawatan.

Hal tersebut diperparah dengan fakta bahwa mamalia laut, seperti paus, lumba-lumba, dan hiu paus merupakan hewan yang terancam punah.

BACA JUGA:  Gandeng WWF, Pemerintah Fokus Kelola Sumber Daya Laut

Oleh karena itu, Yayasan WWF Indonesia mendukung gerakan dari jaringan First Responder yang dirintis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), serta Whale Stranding Indonesia.

First Responder merupakan gerakan penanggap pertama mamalia laut terdampar. Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi atau mencegah kematian satwa laut yang terdampar di wilayah pesisir pantai.

Pasalnya, mayoritas hewan laut yang terdampar kondisi kesehatannya buruk dan butuh perawatan medis.

Guna menunjang gerakan First Responder, khususnya dalam penanganan medis hewan-hewan laut yang terdampar, Yayasan WWF Indonesia juga mendukung Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (IAM Flying Vet).

IAM Flying Vet juga memberikan fasilitas, pengadaan obat-obatan, hingga pelatihan yang dibutuhkan oleh dokter hewan anggota.

I AM Flying Vet (Indonesia Aquatic Megafauna Flying Vet) merupakan asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia di bawah naungan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Gerakan ini dibentuk sebagai respon terhadap kondisi meningkatnya kejadian megafauna laut yang terdampar.

I AM Flying Vet membantu pemerintah bergerak melakukan upaya penanganan medis secara cepat dan tanggap terhadap megafautik.

Pertolongan dilakukan kepada golongan reptilia (penyu), elasmobranch (hiu dan pari), serta mamalia laut (duyung, paus, dan lumba-lumba) di lokasi kejadian.

Pihak I AM Flying VET akan memberikan pertolongan hidup, penanganan penyakit, investigasi kematian, serta meminimalisasi dampak negatif kejadian terdampar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Melihat fenomena yang jarang terekspos seperti ini Waringin Hospitality Hotel Group juga turut bergerak memberikan bantuan donasi melalui I AM Flying Vet.

Corporate Director of Marketing Waringin Hospitality Metty Yan Harahap menilai gerakan tersebut saja membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak.

Menurutnya, penyelamatan megafauna akuatik sangat penting, agar di masa mendatang, anak dan cucu kita masih tetap bisa melihat kemegahan hewan-hewan tersebut.

“Semoga apa yang kita lakukan ini bisa menginsiprasi kita semua untuk bergerak turut serta membantu gerakan ini”, ujar Metty Yan Harahap.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co