Intip Pesan Mistis di Balik Malam 1 Suro

01 September 2019 09:01

GenPI.coMalam 1 Suro biasa disebut oleh masyarakat Jawa sebagai istilah Tahun Baru Islam 1440 Hijriah atau 1 Muharam. Malam 1 Suro ini pun jatuh pada hari Minggu (1/9).

Malam 1 Suro identik dengan mistis atau magis bagi penganut Kejawen karena merupakan ritual tradisional masyarakat Jawa. Pada malam itu mereka akan membersihkan benda-benda pusaka yang dimiliki.

Namun, malam 1 Suro adalah malam untuk mawas diri, membersihkan diri, dan mengendalikan diri dalam menjalani kehidupan untuk satu tahun ke depan. Masyarakat Jawa menyakini, saat malam 1 Suro sebaiknya tidak keluar rumah dan melakukan doa atau renungan bersama.

Ada tiga pusat budaya Jawa, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan Keraton Kasultanan Yogyakarta. Ketiga keraton tersebut memperingati malam 1 Suro sebagai tonggak sejarah Islam di Tanah Jawa.

Bulan Suro merupakan bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Sistem penanggalan ini dikenalkan pertama kali oleh Raja Mataram Islam, Mas Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung Hanyokrokusumo pada masa kejayaannya awal abad ke-17.

Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin memperluas kekuasaan Kerajaan Mataram Islam, maka dia menkombinasikan penanggalan Islam atau hijriah yang banyak dianut oleh masyarakat pesisir dengan penanggalan Hindu atau Saka yang masih dianut oleh masyarakat pedalaman beragama Hindu Kejawen.

Akhirnya Sultan Agung Hanyokrokusumo mengeluarkan dekrit mengenai penanggalan tersebut. Tujuan lainnya adalah untuk memperkuat Kerajaan Mataram Islam dengan tradisi Jawa.

Uniknya, perhitungan system Jawa berdasarkan peredaran bulan seperti yang didasari dalam penanggalan Hijriah.

Sementara angka tahun menggunakan penanggalan Saka. Jadi, bulan 1 Suro Jawa diterima sebagai awal tahun Jawa, tetapi tahunnya tidak dimulai dari tahun 1, melainkan dari tahun 1555. Hal ini berdasarkan tahun penanggalan Saka.

Sakralnya tanggal 1 Suro bagi masyarakat Jawa karena adanya keputusan penting di Kerajaan Mataram Islam. Namun sumber lain mengatakan Bulan Suro merupakan bulan penting untuk penganut Kejawen.

Mereka percaya turunnya Aji Saka ke Pulau Jawa untuk membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman raksasa. Selain itu kehadiran Ajia Saka juga sebagai tanda lahirnya huruf Jawa Hanacaraka.

Meski zaman kini sudah modern, malam 1 Suro masih diperingati. Seperti halnya di Solo yang menggelar Kirab Kerbau Bule di Keraton Surakarta. Sementara di Yogyakarta ada tradisi Mubeng Benteng, yaitu mengarak benda pusaka mengelilingi benteng keraton tanpa berbicara atau tapa bisu dan berjalan keliling benteng.

Terlepas dari semua tradisi yang ada, 1 Suro memiliki makna untuk introspeksi diri dan berdoa kepada Tuhan agar menjadi pribadi yang baik.

Lihat video seru ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co