GenPI.co - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menemukan banyak kasus penembakan yang dilakukan oleh oknum anggota kepolisian.
Kontras mencatat adanya penggunaan senjata api yang tak terukur oleh oknum Polri dalam periode Juli 2021-Juni 2022.
Menurut Anggota Divisi Riset dan Dokumentasi Kontras Rozy Brilian, ada 36 kasus penembakan di luar hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
“Ada sebanyak 36 peristiwa berkaitan penembakan di luar hukum,” ujar Rozy dalam konferensi pers, Kamis (30/6).
Rozy mengatakan mayoritas pelaku polisi yang melakukan penembakan di luar hukum berasal dari tingkat kepolisian resor (polres).
“Selain itu, ada 6 kasus yang dilakukan oleh polisi di tingkat kepolisian daerah (polda) serta 1 kasus di tingkat kepolisian sektor (polsek),” tuturnya.
Rozy juga menemukan adanya tindakan kepolisian yang melakukan tembakan kepada orang yang tidak memberikan perlawanan.
“Kami menemukan 6 kasus tindakan kepolisian itu yang menggunakan senjata api itu dilakukan saat korban tanpa perlawanan,” tuturnya.
Padahal, menurutnya, aturan soal penggunaan senjata api telah dituangkan dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian.
“Contohnya, adanya video viral yang beredar pada Maret 2022, yang menunjukkan kasus begal motor,” ucapnya.
Dalam kejadian itu, menurut dia, korban tidak melawan dan sudah terkapar. Akan tetapi, oknum polisi tetap melakukan penembakan.
“Jadi di sini kita bisa ukur bahwa kepolisian dalam menggunakan kekuatan atau dalam konteks ini senjata api itu terkadang tidak sesuai prosedur,” ujar Rozy.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News