Perjalanan Pak Habibie Hingga Menjadi Presiden ke-3 RI

11 September 2019 19:24

GenPI.co – Inalillahi.. Presiden ketiga RI, BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu 11 September 2019, pukul 18.00 WIB. Tokoh nasional itu meninggal setelah berjuang melawan penyakitnya. Diketahui Habibie telah dirawat secara intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta sejak 1 September 2019.

Masyarakat Indonesia tentu sangat kehilangan sosok BJ Habibie yang memiliki sepak terjang dan karir yang luar biasa. Dikenal sebagai bapak teknologi Indonesia yang memiliki kecerdasan dewa, kisah hidupnya sangat menginspirasi anak muda. Betapa tidak, di luar karir politiknya, ia merupakan pembuat pesawat terbang dari Indonesia yang diakui dunia internasional.

Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936, Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan nama B.J. Habibie menjadi presiden pada usia 62 tahun. Ia anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sang ayah merupakan seorang ahli pertanian dari Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis. Sedangkan sang ibu asal Jawa dan merupakan anak dari dokter spesialis mata di Yogyakarta.

Habibie sudah menunjukkan kecerdasannya sejak dini. Ia memiliki ketertarikan khusus dengan fisika. Dalam hal pendidikan, pernah bersekolah di SMAK Dago, Bandung, dan meneruskan kuliah selama 6 bulan di Institut Teknologi Bandung dengan studi Teknik Mesin pada tahun 1954.

Setahun kemudian, Ia melanjutkan studi teknik penerbangan selama 10 tahun di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman dengan dibiayai oleh ibunya. Habibie meraih 2 gelar sekaligus yaitu Diplom Ingenieur pada tahun 1960 dan Doktor Ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum laude.

Semasa kuliah di Jerman dijalani oleh Habibie dengan penuh perjuangan, karena pendidikan disana bukan hanya sebentar saja. Baginya musim liburan bukanlah untuk berlibur, melainkan mengisinya dengan ujian dan mencari uang untuk mencari buku untuk menunjang materi pendidikannya.

Setelah mendapatkan gelar insinyur ia bekerja di suatu industri kereta api Firma Talbot di Jerman. Saat bekerja di perusahaan tersebut beliau dapat menyelesaikan permasalahan perusahaan Firma Talbot yang sedang membutuhkan sebuah wagon untuk mengangkut barang-barang ringan bervolume besar. Habibie memecahkan permasalahan tersebut dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip kontruksi sayap pesawat terbang.

Setelah itu BJ Habibie melanjutkan kembali pendidikannya untuk gelar doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen. Beliau mendapatkan gelar doktornya pada tahun 1965, ia mendapat predikat Summa Cumlaude dengan nilai rata-rata 10.

Sesekali Habibi pulang ke Indonesia. Selain menziarahi makam almarhum sang ayah di Ujung Pandang, Ia sempat pula pulang ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang tak lain merupakan keluarga Ainun.

Mereka sebetulnya sudah kenal sejak di bangku sekolah. Bahkan, Habibie mengakui pernah beberapa kali pacaran dengan wanita Jerman sebelum akhirnya ia berlabuh ke hati Ainun. Kedekatan mereka pun berlanjut ke pelaminan tepat pada tanggal 12 Mei 1962. Mereka dikarunia 2 anak yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie dan 6 cucu.

Habibie dan istrinya pun tinggal di Jerman. Habibie harus bekerja keras untuk membiayai rumah tangga dan biaya kuliah doktoralnya. Ia juga mendalami teknik dan konstruksi pesawat terbang. Dengan memboyong keluarganya untuk sama sama hidup di Jerman, maka perjuangan Habibie terasa lebih berat lagi.

Bahkan di pagi hari Habibie harus berjalan ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat pengeluaran. Setelah bekerja, ia belajar pada malam hari untuk kuliahnya. Selain itu, istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju demi menghemat pengeluaran keluarga.

Setelah menempuh pendidikan 10 tahun di Jerman, Habibie pulang ke Indonesia memenuhi panggilan dari Presiden Indonesia, pada saat itu yang menjabat adalah Presiden Soeharto.

Di Indonesia, Habibie ditunjuk sebagai Menteri Negara Ristek/ Kepala BPPT selama 20 tahun. Tak hanya itu, beliau juga memimpin perusahaan BUMN Industri Strategis selama 10 tahun.

Pada tahun 1995 beliau berhasil memimpin proyek pembuatan pesawat yang diberi nama N250 Gatot Kaca. Pesawat tersebut ialah peswat pertama buatan Indonesia.

Diangkat menjadi Presiden ke-3 RI

Setelah ditutupnya PT. IPTN, BJ Habibie yang pada masa itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi diangkat menjadi wakil Presiden untuk mendampingi Presiden Soeharto pada tanggal 14 Maret 1998.

Setelah beberapa bulan menjabat sebagai wakil presiden, gejolak politik di Indonesia memanas. Presiden Soeharto yang telah menjabat puluhan tahun diminta untuk lengser oleh rakyat Indonesia. Setelah mencapai puncaknya, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.

Lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya pada saat itu maka secara otomatis wakil Presiden BJ Habibie diangkat menjadi Presiden yang baru. Namun, tak lama menjabat BJ Habibie pun dipaksa lengser setelah adanya sidang umum MPR tahun 1999. Hal itu dikarenakan lepasnya wilayah Timor Timur dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Meskipun hanya 1,5 tahun beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Habibie tetap berusaha untuk mengembalikan kondisi negara. Beberapa keputusan yang diambilnya pada masa itu adalah lahirnya UU tentang Otonomi daerah. Kemudian beliau memberi kebebasan rakyat untuk beraspirasi sehingga Indonesia dapat membuat berbagai partai politik yang baru.

Baca juga:

Pak Habibie Meninggal, Saatnya Temui Calon Bidadari Surga, Ainun

BJ Habibie Wafat, Jokowi: Beliau Bapak Teknologi Indonesia

Selain itu mata uang Indonesia dapat ditekan dari 15 ribu rupiah per dolar menjadi dibawah 10 ribu saja. Beliau juga mampu melikuidasi bank yang bermasalah pada masa itu. Setelah lengser dari jabatan Presidennya, BJ Habibie menjadi rakyat biasa dan kembali bermukim di Jerman. Selamat jalan Bapak Demokrasi, Bapak Teknologi, Bj Habibie.

Video seru hari ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co