Gejayan Memanggil, Seruan dari Balik Jaket, Bangkitkan Era 1998

23 September 2019 19:34

GenPI.co – Tagar #GejayanMemanggil jadi trending di Twitter Indonesia. Aksi tersebut dilakukan siang pukul 13.00 WIB di Pertigaan Colombo, Gejayan, Yogyakarta, Senin (23/9).

Sebelum membahas lebih jauh tentang Gejayan, berikut artikel mengenai sejarah Gejayan demo mahasiswa tahun 1998. Pada tahun 1998 lalu sejumlah mahasiswa di Yogyakarta menggelar unjuk rasa untuk menolak terpilihnya Soeharto sebagai presiden. Tak hanya menolak pemilihan kembali, pada bulan Mei kala itu, perekonomian Indonesia semakin buruk memicu bertambahnya aksi unjuk rasa tersebut. 

Baca juga :

Sejumlah Kampus Tolak Gerakan #Gejayanmemanggil

Pedasnya Nampol! Santap Nasi Teri Pak Dul di Gejayan Waktu Malam

3 Hotel Rekomendasi Murah Meriah di Gejayan, Cuma Rp 100 Ribuan!

Saat aksi tersebut berjalan, awalnya damai hingga pada akhirnya berujung dengan bentrokan. Salah satunya juga terjadi di Gejayan, 8 Mei 1998 lalu. Ada ribuan kisah heroik yang terjadi hari itu di negeri ini. Pada peristiwa tersebut ribuan mahasiswa tanpa memedulikan ras, suku, agama, almameter saling bahu membahu menyuarakan impian rakyat Indonesia.

Gejayan atau tragedi Yogyakarta melibatkan ratusan orang luka-luka dan satu orang tewas. Mahasiswa yang tewas bernama Moses Gatutkaca, ia berasal dari jurusan MIPA Universitas Sanata Dharma (USD).

Moses tewas akibat pendarahan telinga akibat pukulan benda tumpul. Saat ditemukan, ia  terbujur kaku di dekat Posko PMI di Sanata Dharma. Dilansir dalam laman kompas harian yang terbit pada tahun 1998 mengatakan, ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat dengan ratusan keamanan, saling baku hantam. Saat itu, mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan cara melemparkan benda-benda seperti batu, bom Molotov dan petasan.

Tembakan gas air mata pun mengudara di langit Jogja kala itu. Untuk mengenang Peristiwa Gejayan, Jalan Kolombo di sebelah Univeritas Sanata Dharma namanya diubah menjadi Jalan Moses Gatutkaca. Sebuah nama mengenangnya pahlawn reformasi yang terlupakan.

Gejayan kembali terjadi dua kali pada tahun 2004 dan 2005. Pada tahun 2004, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Yogyakarta dan Front Perjuangan Rakyat Miskin (FPRM) melakukan aksi. Mereka mengajak masyarakat menolak orbaisme, status quo, dan militerisme. 

Pada tahun 2005 kembali digelar oleh Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI PMO) Jogja melakukan aksi unjuk rasa menentang rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Hari ini, aksi ini menuntut tujuh tuntutan antara lain mendesak pembahasan ulang pasal-pasal yang dianggap bermasalah dalam RKUHP. Mendesak revisi UU KPK dan menolak upaya pelemahan pemberantasan korupsi.

Jangan lewatkan video populer ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co