Mercer Marsh Benefits Rilis Laporan Health on Demand 2023 Soal Kesenjangan Perlindungan dan Kesejahteraan Karyawan di Indonesia

13 Juli 2023 15:30

GenPI.co - Kesejahteraan merupakan sebuah hal penting yang akan selalu melekat bagi karyawan di Indonesia. Pasalnya, tak sedikit karyawan yang masih merasakan adanya kesenjangan perlindungan dan kesejahteraan, khususnya pekerja dengan upah rendah, pengasuh (caregiver), dan perempuan.

Untuk menemukan bahwa relevansi dan nilai dari manfaat kesejahteraan bagi karyawan terdapat kesenjangan, maka Mercer Marsh Benefits, unit bisnis dari Marsh McLennan pun merilis Laporan Health on Demand 2023 di Jakarta, pada Kamis (13/7/2023).

Mercer Marsh Benefits yang merupakan konsultan manfaat kesejahteraan dan kesehatan karyawan terkemuka ini pun melakukan survei terhadap lebih dari 17.500 karyawan di 16 pasar seluruh dunia, termasuk lebih dari 5.200 karyawan di Asia.

BACA JUGA:  DPR Segera Ketok Nasib Honorer dan PPPK, 3 Poin DIM RUU ASN Meresahkan

Hasilnya, di kawasan Asia, karyawan di Indonesia (26%) tercatat memiliki tingkat stres paling rendah dalam kehidupan sehari-hari, lebih rendah dari rata-rata karyawan di Asia (44%).

Meski begitu, hampir sebagian dari mereka (45%) mengaku pernah bekerja saat kondisi mental yang tidak sehat.

BACA JUGA:  RUU ASN Jelas Sebut Honorer Wajib Diangkat jadi PNS Secara Langsung, Pemerintah Maunya PPPK Paruh Waktu

Mercer Marsh Benefits pun mengungkapkan, bahwa saat ini, para perusahaan terkemuka mengatasi permasalahan utama yang menyebabkan karyawan merasa stres di tempat kerja sebagai bagian dari strategi manfaat kesejahteraan yang komprehensif dan inklusif.

Hal yang dilakukan, seperti meninjau kembali desain pekerjaan dan kompetensi para supervisor, mengatur target dan ekspektasi yang rasional, menciptakan budaya kebersamaan dan pengambilan keputusan yang inklusif.

BACA JUGA:  Manfaat Minyak Zaitun Dahsyat untuk Senjata Pria, Bisa Dioles atau Dikonsumsi

Selain itu, perusahaan selayaknya menawarkan manfaat kesejahteraan, seperti perawatan terkait kesehatan mental, dan bahkan pelatihan untuk mengatasi tantangan kesehatan mental.

Menurut Managing Director Mercer Marsh Benefits Indonesia Wulan Gallacher, bahwa untuk meningkatkan kesehatan mental karyawan membutuhkan solusi dan manfaat kesejahteraan yang inovatif.

"Di Indonesia, layanan yang ditargetkan untuk kesehatan mental anak muda (46%), pelatihan untuk mengenali dan mengatasi tantangan kesehatan mental (41%)," kata Wulan Gallacher di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

"Serta asuransi atau program untuk meringankan beban biaya
perawatan kesehatan mental dan konseling virtual dengan terapis (39%) dirasa akan bermanfaat bagi karyawan maupun keluarganya," sambungnya.

Menurut Wulan Gallacher, bahwa laporan tersebut juga menunjukkan adanya korelasi positif antara penawaran manfaat kesejahteraan yang lebih banyak dengan tingkat kepuasan karyawan.

"Hasil menyebutkan bahwa karyawan yang memperoleh sepuluh atau lebih manfaat kesejahteraan lebih cenderung percaya bahwa perusahaan memperhatikan aspek kesehatan dan kesejahteraan mereka," jelas Wulan Gallacher.

Meskipun ada 78 persen karyawan di Indonesia yang merasa bahwa perusahaan memerhatikan aspek kesehatan dan kesejahteraan mereka, tetapi hanya 65 persen dari mereka yang mengatakan bahwa manfaat kesejahteraan yang mereka dapatkan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Oleh sebab itu, para Manajer Risiko dan SDM (Sumber Daya Manusia) perlu meninjau kembali relevansi dan nilai dari manfaat kesejahteraan yang mereka berikan untuk karyawan, dan mencari langkah inovatif dalam membantu karyawan untuk lebih berkembang dan berkinerja dengan baik.

"Memutus rantai kesenjangan perlindungan kesehatan dan risiko sekitar 83% karyawan di Indonesia merupakan pengasuh (caregiver) bagi keluarga atau teman mereka, dan manfaat kesejahteraan, seperti pengaturan kerja yang fleksibel, izin cuti, serta manfaat kesejahteraan yang disubsidi adalah yang paling bermanfaat bagi mereka," beber Wulan Gallacher.

Walau pun begitu, laporan tersebut mengungkapkan adanya kesenjangan
perlindungan di antara kelompok pekerja pengasuh di tempat kerja.

Sebesar 28 persen melaporkan bahwa pengeluaran terkait perawatan medis menjadi penyebab mereka dan keluarganya mengalami kesulitan finansial.

Hasil temuan juga menunjukkan bahwa mayoritas karyawan yang merupakan pengasuh (caregiver) tidak mendapat manfaat kesejahteraan yang seharusnya mereka dapatkan.

"Hanya 16 persen mendapat manfaat kesejahteraan untuk anak-anak, dan 14 persen dari mereka mendapat manfaat kesejahteraan untuk orang dewasa," ujar Wulan Gallacher.

Ironinya, angka tersebut ternyata lebih rendah dari rata-rata di Asia, yaitu 30 persen dan 33 persen.

"Laporan tersebut juga mengungkapkan kesulitan yang dihadapi oleh karyawan berpenghasilan rendah atau pekerja paruh waktu di Indonesia, hampir setengah (45%) dari mereka tidak mendapat akses tanggungan kesehatan dari perusahaan tempat mereka bekerja," ungkap Wulan Gallacher.

Hal tersebut dampaknya, 1 dari 5 (20%) karyawan dengan pendapatan di bawah median tidak yakin bahwa mereka mampu membayar biaya perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

Wulan Gallacher membeberkan, bahwa mengingat krisis biaya hidup dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan di Indonesia, memberikan edukasi seputar perencanaan finansial yang mendukung pengeluaran perawatan kesehatan kepada generasi pekerja awal, yang juga dikenal sebagai kelompok kerja Gen-Z, perempuan, dan orang tua muda, menjadi penting.

"Biaya perawatan kesehatan yang meningkat, harapan karyawan pasca-covid-19 yang berubah, dan pergeseran demografi di Indonesia saat
ini memengaruhi strategi akuisisi dan retensi talenta yang diterapkan oleh perusahaan," jelas Wulan Gallacher.

Perusahaan yang memahami kebutuhan karyawannya dapat menciptakan perubahan inklusif dan berdampak bagi kesejahteraan dan kepuasan
tenaga kerja mereka secara keseluruhan.

Laporan Health on Demand ini menggarisbawahi peran penting dari adanya manfaat kesejahteraan karyawan yang berarti, dan pentingnya memenuhi kebutuhan dari tenaga kerja yang beragam.

"Mengatasi adanya kesenjangan perlindungan yang dirasakan oleh kelompok rentan yang kurang terlindungi, seperti perempuan, karyawan berpenghasilan rendah, dan pekerja paruh waktu merupakan hal
yang krusial untuk dilakukan demi menjamin perkembangan seluruh karyawan dalam karir mereka," bebernya.

Krisis-krisis ekonomi makro, lingkungan, dan politik yang sedang terjadi juga memengaruhi keseluruhan kinerja, produktivitas, dan kesejahteraan karyawan.

Oleh sebab itu, Wulan Gallacher menganjurkan para perusahaan untuk meninjau kembali strategi manajemen talenta dan pemberian manfaat kesejahteraan guna memastikan kekhawatiran karyawan di tengah situasi krisis yang terus berlanjut dapat diatasi dengan baik.

"Dengan memupuk budaya kepedulian, dan memprioritaskan serta menyediakan manfaat kesejahteraan di lingkungan yang aman dan mendukung, perusahaan dapat mendorong tingkat keterlibatan dan kesuksesan karyawan, serta pertumbuhan organisasi," kata Wulan
Gallacher.

Perlu diketahui, bahwa laporan Health on Demand 2023 dihasilkan melalui riset yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2022 dengan melakukan survei terhadap 17.531 karyawan di 16 pasar global sebagai responden mengenai prioritas mereka terkait kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co