GenPI.co - Persepsi yang salah tentang perilaku kucing peliharaan merugikan kucing dan pemeliharanya.
Meskipun kucing populer sebagai hewan peliharaan, banyak kesalahpahaman tentang perilaku kucing.
Pada tahun 2021, 45,3 juta rumah tangga AS dilaporkan memelihara satu atau lebih kucing peliharaan, dilansir Psychology Today.
Harapan masyarakat terhadap kucing dan kemampuan menafsirkan perilaku mereka dipengaruhi oleh mitos-mitos. Apa saja?
Mitos 1: Kucing Tidak Bersosialisasi Satu Sama Lain
Kucing rumahan tidak selalu anti-sosial. Sebaliknya, mereka bersifat sosial fakultatif, artinya perilaku sosial mereka fleksibel dan sangat dipengaruhi oleh genetika, perkembangan awal, dan pengalaman seumur hidup.
"Penting untuk dipahami bahwa kucing memiliki keinginan dan toleransi yang bervariasi terhadap interaksi sosial dengan kucing lain," kata Candace Croney, profesor di Universitas Purdue dan direktur Pusat Ilmu Kesejahteraan Hewan Purdue.
Mitos 2: Kucing Membutuhkan Interaksi Sosial Minimal Dengan Manusia
Kucing masih sering dianggap kurang bersosialisasi dan kurang mampu merasakan emosi dibandingkan anjing.
Namun, makin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kucing memiliki kapasitas untuk membentuk ikatan sosial yang kuat dengan manusia.
Salah satu indikasi ikatan ini adalah perilaku tersinkronisasi yang dikenal sebagai pencocokan kedipan lambat.
Jika manusia membuka dan menutup matanya secara perlahan dalam serangkaian kedipan, kucing akan berkedip kembali secara perlahan, sesuai dengan frekuensi kedipan pemiliknya.
Mitos 3: Kucing Adalah Hewan Pendamping yang Perawatannya Rendah
Narasi bahwa kucing memiliki kebutuhan yang minimal dapat berkontribusi pada popularitas mereka sebagai hewan peliharaan. Namun, bukti ilmiah memberikan gambaran berbeda.
Pemilik kucing perlu memikirkan cara mereka menyediakan lingkungan dan pengalaman berkualitas yang dibutuhkan kucingnya untuk berkembang di rumah manusia. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News